Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Harian Kompas) Dukungan Moral bernama #SaveKPK

12/12/2018



MEREKA warga biasa yang tergetar nuraninya ketika mendengar Komisi Pemberantasan Korupsi diintervensi. Tanpa aliansi, tanpa partai pendukung, mereka hadir di gedung KPK untuk menjaga pilar demokrasi Indonesia.

Sampai Sabtu (24/1) malam, aktris Olga Lydia masih bertahan di gedung KPK yang sejak Jumat lalu ”dijaga” ratusan warga yang prihatin atas nasib pemberantasan korupsi di negeri ini.

Olga merasa lampu tanda bahaya menyala ketika mendengar berita penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Kekagetannya semakin bertambah begitu menyaksikan proses penangkapan yang dramatis. Rasa kaget itu berubah menjadi gelisah begitu menyaksikan maraknya dukungan masyarakat untuk penyelamatan KPK di berbagai media sosial.

”Saya semakin khawatir ketika mendengar Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja juga dilaporkan ke polisi,” kata Olga, yang lalu memutuskan bergabung dengan pendukung lainnya di gedung KPK meski ia masih didera flu.

”Netizen” atau warga pengguna internet di Indonesia berjuang secara virtual untuk melawan korupsi. Gerakan mereka tidak terdengar, tapi menggemuruh. Mereka tidak tampak, tapi nyata...

Hanya beberapa jam saja sejak Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto dikabarkan ditangkap, rakyat segera bergerak. Poster-poster virtual berisi ajakan berkumpul di Gedung KPK tersebar luas di berbagai platform media sosial seperti Twitter, Facebook, Path, dan Instagram. Terbacalah, ”Biar 1000 Bambang ditangkap, pemberantasan korupsi tak kan tiarap” atau juga ”KPK, you’ll never walk alone”.

Tagar (tanda pagar atau hashtag) yang pertama kali tercipta dan gencar digunakan enam tahun lalu, yaitu #SaveKPK, kini mencuat kembali. Dan hebatnya, tagar itu masuk dalam 20 trending topic dunia atau topik terhangat dunia di Twitter. Tagar #SaveKPK pertama kali muncul ketika kasus kriminalisasi yang menyeret mantan pimpinan KPK Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto, terjadi enam tahun lalu atau tahun 2009.

Selain itu, berbagai platform media sosial juga dibanjiri oleh aneka gambar-gambar meme, humor yang sarat sindiran terhadap peristiwa kriminalisasi KPK versi 2015 kali ini. Gambar-gambar seperti buaya, banteng, cicak, diramu dalam aneka meme yang mengantarkan pesan tajam terhadap praktik busuk penegakan hukum yang dilandasi resistensi terhadap pembasmian korupsi.

Penahanan Bambang Widjojanto juga menggerakkan kartunis Beng Rahadian, membuat kartun buaya yang tengah menunggangi banteng, bersama-sama melawan cicak. Kartun itu dia buat tidak lama setelah berita penangkapan Bambang beredar. ”Jumat pagi, kan, sudah ramai di grup, pada mau ke KPK. Karena saya enggak bisa, saya akhirnya memilih bikin kartun itu,” tutur Beng.

Kartun itu dibuat Beng sebagai cara untuk mengingatkan lagi bahwa perang antara buaya versus cicak kembali terjadi. ”Bagi saya, KPK adalah lembaga yang saya percaya untuk memberantas korupsi. Jadi ketika ada upaya untuk melemahkan KPK, saya merasa khawatir karena yang saya percaya bisa hilang,” katanya.

Dunia media sosial, yang akrab di kalangan kelas menengah Ibu Kota, secara cukup efektif membetot kepedulian kelas ini pada fenomena perlawanan terhadap korupsi yang juga diprioritaskan media arus utama. Sejak Jumat pagi, linimasa para netizen Indonesia pengguna media sosial diwarnai aneka postingan mengenai isu kriminalisasi KPK.

Cuitan dan petisi

Isi postingan para netizen beragam, mulai dari menyuarakan protes, mengunggah foto saat berdemo di Gedung KPK, hingga menebarkan informasi. Dari akun Path Dian Paramita misalnya, ia mengunggah video suasana demonstrasi di Gedung KPK di Rasuna Said, Jakarta Selatan. Dian menulis keterangan dalam videonya ala reportase, ”Massa yang kontra dengan KPK. Ngamuk-ngamuk ga jelas di depan wartawan yang meliput. Lalu ada yang teriak, ’tidak usah diliput!’ Wartawan serentak meninggalkan, trus massa kelihatan bingung kok ditinggalin”.

Para netizen Indonesia juga kerap mengirim cuitan (tweet) dalam bahasa Inggris sehingga bisa dimengerti oleh netizen dunia pihak media-media asing yang juga gemar memantau kegaduhan topik di media sosial. Misalnya saja akun @MFDMitschel yang bercuit, ”This is a country of survivor. ..... So stand for ourselves, stand for the truth. #SaveKPK”.

Seperti yang pernah diungkapkan aktivis Usman Hamid, peran netizen melalui media sosial dalam mendiseminasi kesadaran akan suatu isu sangat penting di era digital saat ini.

Sejak Jumat (23/1) itu pula, selain ramai di media sosial, gerakan petisi virtual beredar luas dan cepat. Salah satunya gerakan petisi bertajuk ”#BebaskanBW, hentikan pelumpuhan KPK!” yang didaftarkan dalam Change.org, organisasi kampanye berbasis online.

Petisi daring tersebut ditujukan kepada Presiden Joko Widodo. Deputi Direktur Public Virtue Institute, John Muhammad, memulai petisi dengan alamat www.change.org/bebaskanbw pada Jumat pukul 17.13. Hanya dalam rentang dua jam, jumlah penandatangan petisi mencapai 6.000 orang. Hingga Sabtu pukul 15.30, sudah terekam 34.381 penandatangan. ”Ini bukan lagi pelemahan KPK, tapi pelumpuhan! Biar 1.000 Bambang ditangkap, pemberantasan korupsi takkan tiarap,” kata John.

”Ini adalah bukti bahwa masyarakat sangat aware dengan masalah ini dan desakan kepada Presiden untuk menyelesaikan masalah ini sangat kuat. Sebaliknya, respons masyarakat ini juga dijadikan pertimbangan bagi pengambil kebijakan untuk menentukan langkah selanjutnya, untuk menuntaskan masalah ini,” kata Excutive Assistant and Media Relation Chage.org Denok Pratiwi.

Petisi lahir setelah John melakukan kontak dengan teman-temannya yang melakukan gerakan di kantor KPK di Kuningan, Jakarta. Ia menyebut petisi itu sebagai bagian dari berbagai peran. ”Pintu masuknya memang BW, namun pesan sesungguhnya adalah melawan pelemahan KPK,” kata John.

Target yang ingin dicapai adalah, petisi ini didengar dan diperhitungkan para pengambil kebijakan. Namun demikian, petisi harus ditingkatkan menjadi gerakan offline untuk menunjukkan bahwa ini bukan sebatas akun.

Ganyang koruptor

Analis media sosial Awesometrics, Yustina Tantri, di Jakarta, Sabtu (24/1), mengatakan, hanya enam jam setelah penangkapan Bambang Widjojanto, kampanye penyelamatan KPK dengan tagar #SaveKPK sudah memuncaki trending topic dunia. Hingga hari kedua, #SaveKPK masih di puncak.

”Di hari Jumat hingga pukul 18.00, ada 165.000 kali penggunaan tagar #SaveKPK. Karena itu, tak heran jika #SaveKPK terus memuncaki trending topic di Twitter,” kata Yustina. Kecepatannya mencapai 152 status bertanda tagar #SaveKPK dalam setiap menit di Twitter.

Masyarakat yang pro terhadap penyelamatan KPK, bergerak ke kantor KPK dua hari berturut-turut, Jumat dan Sabtu. Ajakan berkumpul ini disebarkan ribuan kali di media sosial. Tidak hanya orasi, suara mereka pun diamplifikasi di media sosial dengan mengetikkan tagar #SaveKPK.

Peristiwa ini telah menenggelamkan percakapan sebelumnya yang santer dengan dugaan pelanggaran etik oleh Ketua KPK Abraham Samad, atas tudingan politisi PDI-P, Hasto Kristiyanto. Yustina mengatakan, tagar #SaveKPK adalah peringatan kesekian bagi Jokowi untuk segera bersikap taktis. Beberapa hari sebelumnya, Jokowi telah diingatkan netizen dengan trending topic terkait percakapan ”Kapolri”, ”Budi Gunawan”, ”calon kapolri”, ”Presiden”, ”Jokowi”, dan ”tersangka”.

Kampanye #SaveKPK tak bisa dianggap remeh karena tampak diorganisasi terus-menerus dalam dua hari ini. Menggunakan pustaka Keyhole.co, dengan pencarian sesaat terhadap tagar #SaveKPK, menghasilkan 897 percakapan dari 749 pengguna. Jangkauan kepada netizen mencapai 2 juta akun.

Gemuruh kampanye #SaveKPK ini semakin kencang hingga Sabtu sore, mencapai 2.607 percakapan per jam menurut pustaka Topsy. Dalam satu hari, telah terekam 192.000 percakapan dengan kampanye #SaveKPK.

Kampanye #SaveKPK pernah dihelat pada awal Oktober 2012, saat KPK berseteru dengan Polri. Kampanye #saveKPK waktu itu hanya dikumandangkan 27.000 kali. Kala itu, aktivis anti korupsi juga berkampanye dengan tagar #PresidenKeMana, yang dikumandangkan 3.654 kali.

Namun, di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, konflik KPK-Polri waktu itu bisa diredam dengan baik. Hal yang membedakan waktu itu, netizen sangat berharap kepada SBY untuk menyelesaikan persoalan. Di zaman itu, sebanyak 60.171 percakapan mengharapkan SBY turun tangan menyelesaikan perseteruan KPK vs Polri.

Perjalanan kampanye #SaveKPK kali ini diperkirakan akan lebih panjang dibandingkan zaman SBY. Intinya sama, rakyat ingin korupsi diberantas, dan koruptor diganyang.

 

Di sisi lain Jakarta, Ellyn Saputra (52), seorang ibu rumah tangga, pada Jumat siang sedang antre di sebuah bank. Namun, teleponnya terus berbunyi, tang, tung, tang, tung, menunjukkan ada pesan yang terus-menerus masuk. Ketika dibuka, isinya adalah pesan seputar KPK, termasuk ajakan untuk menyelamatkan KPK, dan sejumlah foto yang menunjukkan suasana di gedung KPK.

”Awalnya saya merasa prihatin dengan masalah penangkapan, sambil wait and see. Tetapi, ketika mendengar kabar bahwa KPK akan digeledah dan digerebek, saya kaget luar biasa. Wah, ini sudah enggak benar! Tanpa pikir panjang, saya langsung berangkat ke sana, tidak lagi mampir ke rumah. Saya pakai sepatu yang siap lari, uang seadanya, tidak pakai perhiasan, dan cuma bawa tas kecil. Pokoknya, kalau sampai ada apa-apa, saya siap,” tutur Ellyn, yang pada 2012 menjadi salah satu pembawa spanduk ”Bersih, Jujur, Berani” yang melakukan aksi meluncur turun dari atap bangunan KPK.

Ibu dua anak ini merasa ada ikatan batin dengan KPK. Apalagi, di depan pintu masuk gedung itu terpasang spanduk yang sangat menyentuh: ”Jadilah perempuan yang berani. Jadilah perempuan yang berprestasi. Jadilah perempuan yang mandiri”. Moto itu untuk menunjukkan bahwa perempuan berperan penting dalam pencegahan korupsi, dimulai dari keluarga.

”KPK-lah yang memelopori gerakan bersih di Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kehadiran mereka harus didukung untuk kepentingan anak cucu kita,” kata Ellyn yang bertahan di gedung KPK sampai pukul 22.00.

Pelemahan

Sejumlah aktivis yang hari Jumat hadir di gedung KPK menunjukkan dukungan mereka dengan memberikan orasi. Yenny Zannuba Wahid, putri kedua presiden ke-4 Abdurrahman Wahid, yang sejenak meluangkan waktunya merawat tiga anak balitanya, Maika (4), Amyra (2), dan Raisa (10 bulan), menyerukan ajakan untuk menjaga dan menyelamatkan KPK. Ia prihatin akan nasib KPK yang terus-menerus dilemahkan.

Ribuan orang yang datang bergantian selepas shalat Jumat membubuhkan tanda tangan dukungan di lima tumpukan berkas. Irawan (43), pegawai perusahaan di kawasan Kuningan, tergerak ke gedung KPK karena merasa seperti diserang dengan penangkapan pimpinan KPK.

Beberapa anggota kelompok masyarakat yang dalam Pemilu Presiden 2014 terbelah tampak menyatu membela KPK. ”Masyarakat umum yang cinta Indonesia bersih tidak akan segan untuk bergerak. Takjub saya melihat sekelompok ibu datang memberi dukungan. Masyarakat tidak ada capeknya bergerak untuk menjaga harapan baik mereka,” ujar Ainun Chomsum, ibu satu anak remaja yang juga pendiri Akademi Berbagi.

Senada dengan Ainun, Ulin Yusron, aktivis 1998, sepakat, hanya KPK yang bisa diandalkan di garda terdepan pemberantasan korupsi. ”Tidak heran jika hanya di KPK rakyat berduyun-duyun membela hingga menginap jika ada gerakan penghancuran KPK,” ujarnya.

Alhasil, ketegangan di depan lobi gedung KPK kian terasa menjelang tengah malam. Teriakan penyemangat terdengar dari berbagai arah. ”Siapkah kita menunggu sampai BW dibebaskan? Ingat, berkas para tersangka korupsi di sini, harus kita jaga. Kita harus bangun posko,” ujar perempuan yang berorasi.

Semua tak rela pulang, ingin melihat Bambang berdiri di gedung KPK. Entah berapa kamar percakapan media sosial yang sejak pukul 21.30 gaduh, berbagi kabar soal kemungkinan penahanan Bambang. Tautan berita dari sejumlah situs berita beredar ke mana-mana.

Kelegaan di antara mereka mulai terasakan lewat pukul 01.00 ketika pesan berantai di percakapan media sosial berbagi kabar kicauan Usman Hamid, advokat pendamping Bambang. ”Terima kasih untuk teman-teman di KPK, BW bebas!!!”. Ketika orator di pelantang membagikan kabar itu, tepuk tangan riuh dan teriakan gembira membahana.

Perlawanan kultural

Di antara ribuan pendukung, hadir juga seniman Butet Kartaredjasa (54). Ia menunda perjalanannya kembali ke Yogyakarta setelah membaca Twitter soal penangkapan itu. Seharusnya Butet terbang ke kotanya Jumat pagi. ”Tetapi saya undur malam hari. Saya harus bergabung dengan teman-teman di KPK,” kata Butet, Sabtu, dari Yogyakarta.

Ia merasa ada panggilan untuk memberi dukungan moral kepada KPK. Jika institusi ini sampai ambruk, seluruh perjuangan reformasi akan ambruk. Kehadiran aktivis anti korupsi dan rakyat biasa menunjukkan sebuah modal sosial, bahwa mobilisasi bisa dilakukan dalam waktu cepat. ”Kita juga buktikan betapa kekuatan sipil itu besar dan bermanfaat,” ujarnya.

Oleh sebab itu, lanjut Butet, Presiden Joko Widodo harus yakin, kekuatan rakyat ada di belakangnya. ”Kami juga tak ingin dukungan rakyat yang begitu besar dikhianati,” kata Butet yang masih percaya bahwa Presiden Jokowi memiliki cara untuk menyelesaikan perseteruan antarlembaga penegak hukum itu.

Kehadiran Butet di tengah massa bukan sesuatu yang tiba- tiba. Tahun 2003 ia menggelar lomba menulis naskah monolog anti korupsi. Lalu, bersama KPK dan Teater Gandrik, ia menggelar dramatic reading pada Hari Anti Korupsi Sedunia, 9 Desember 2014, berjudul ”Tangis” di Yogyakarta. Pentas itu akan diteruskan dalam pementasan drama pada 20-21 Februari 2015 di TIM Jakarta. ”Semua kita harus berbuat melawan korupsi,” katanya.

Merujuk pada pernyataan Butet, sebetulnya perlawanan anti korupsi selama ini juga sudah banyak mewujud dalam berbagai karya kreatif, di antaranya film. Abduh Aziz melalui Cangkir Kopi Productions, misalnya, memproduksi Kita Versus Korupsi (2012) dan Sebelum Pagi Terulang Kembali (2014). Abduh mengatakan, pilihan untuk membuat film itu lahir dari diskusi panjang tentang kampanye anti korupsi.

”Kami mengamati, kampanye anti korupsi ketika itu belum cukup efektif. Lebih terfokus pada hukum dan politik,” ujarnya.

Oleh karena itu, gerakan yang terjadi di KPK merupakan pesan kuat bagi penguasa. Inilah perlawanan rakyat. ”Rakyat adalah batu fondasi. Kita, rakyat, yang akan menambal lubang keropos tembok pemberantasan korupsi yang digerus oleh oligarki. KPK adalah oase di tengah kekeringan harapan,” ujar Ulin. Save