Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(Harian Kompas) feature: 2 Jempol Izzat untuk Abi BW

12/12/2018



Dua hari sebelum tim penyidik Subdirektorat VI Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Kejahatan Khusus Badan Reserse Kriminal Polri menangkapnya, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto sudah punya firasat. Sejak KPK menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan, calon tunggal Kepala Polri yang disetujui DPR, sebagai tersangka kasus rekening tidak wajar, dirinya sudah memperhitungkan berbagai risiko.

Malam itu Bambang mengumpulkan istrinya, Sari Indra Dewi, bersama keempat anaknya. Mereka mengobrol di atas tempat tidur. Kepada mereka, Bambang bercerita ada kemungkinan beberapa hari ke depan, dirinya bakal ditangkap polisi.

Bambang pun berkisah, persoalan apa saja yang bakal menjadi sasaran polisi untuk menjadikannya sebagai tersangka. Istri dan anak-anaknya pun memahami firasat tersebut sebagai bagian dari risiko perjuangan Bambang terlibat langsung dalam upaya pemberantasan korupsi di Tanah Air.

Jumat (24/1) pagi, Bambang mengantar anak bungsunya, Yattaqi, bersekolah ke SD Nurul Fikri, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, seperti biasa. Tak seperti biasanya, kali ini anak kedua Bambang, Izzat, ikut serta sehingga mereka bertiga semobil.

Saat mobil keluar dari kompleks rumah Bambang di Kampung Bojong Lio, Cilodong, Depok, Bambang melihat Kepala Kepolisian Sektor Sukmajaya Komisaris Agus Widodo mengatur arus lalu lintas di Jalan Bahagia. Mereka pun melaju menembus kemacetan Depok pagi itu di belakang mobil patroli Kepala Polsek Sukmajaya.

Tak lama setelah menurunkan Yattaqi di sekolah, Bambang mengarahkan mobil menuju rumah. Pada saat itulah, Kepala Polsek Sukmajaya menghentikan mobil Bambang.

Begitu Bambang turun dari mobil, seorang perwira polisi berpangkat ajun komisaris besar mendatangi sambil menunjukkan surat perintah penangkapan dan penggeledahan.

Tak mau berdebat di bawah rintik hujan, Bambang pun meminta perwira polisi tersebut untuk berteduh di minimarket di dekat mereka berhenti.

Diborgol

Tak lama kemudian, polisi memborgol Bambang. Dia sempat meminta agar polisi tidak memborgol tangannya di belakang karena dia masih mengenakan sarung.

Bambang mengatakan, dirinya akan melawan jika polisi bersikukuh memborgol tangannya ke belakang. Polisi kemudian menggiring Bambang ke mobil Toyota Fortuner. Izzat pun menyertai Bambang masuk ke mobil yang membawa mereka ke Bareskrim Polri.

Bambang duduk memangku Izzat diapit perwira polisi berpangkat komisaris besar dan brigadir jenderal. Seorang perwira ternyata mengenal Bambang saat menjadi Direktur Lembaga Bantuan Hukum di Papua. Perwira tersebut mengatakan, dia mengetahui banyak kasus Bambang selama di Papua. Merasa terteror, Bambang menolak membahas kasus sebelum sampai di kantor polisi.

Bambang mencoba mengalihkan pembicaraan dengan bercerita kepada Izzat soal prosedur penangkapan selama perjalanan. Saat Bambang bercerita, tiba-tiba perwira di sampingnya berceletuk, ”Ada plester, gak?”.

Izzat tak gentar. Dia terus mendampingi ayahnya sampai ke Bareskrim Polri. Bahkan, dia yang mengabari ibunya bahwa abi, panggilan sehari-hari anak-anak kepada Bambang, ditangkap polisi. Setibanya di tujuan, baru mereka berpisah. Izzat sempat mencium tangan abinya sebelum polisi menggiring Bambang memasuki gedung Bareskrim Polri.

Izzat mengacungkan kedua jempolnya menyemangati sang abi, yang berjalan masuk dikawal polisi dengan borgol di tangan.

(Khaerudin)