Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan

Implementasi Teknologi Wolbachia dalam Pengendalian Dengue di Indonesia - Raker Komisi 9 dengan Menteri Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Akademisi/Pakar

Ditulis Tanggal: 1 Dec 2023,
Komisi/AKD: Komisi 9 , Mitra Kerja: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY

Pada 28 November 2023, Komisi 9 DPR-RI mengadakan Rapat Kerja dengan Menteri Kesehatan, Rapat Dengar Pendapat dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Akademisi/Pakar tentang implementasi Teknologi Wolbachia dalam pengendalian Dengue di Indonesia. Rapat ini dibuka dan dipimpin oleh Charles Honoris dari Fraksi PDIP dapil DKI 3 pada pukul 14.20 WIB. (Ilustrasi: Kementerian Kesehatan)

Pemaparan Mitra

Berikut merupakan pemaparan mitra:

Menteri Kesehatan
  • Update status dengue di Indonesia;
    • Kasus Demam Berdarah di Indonesia meningkat terus selama 50 tahun terakhir.
    • Kasus Demam Berdarah meningkat seiring dengan fenomena El Nino. Jika El Nino naik, maka kasus Dengue juga naik. El Nino adalah kejadian distorsi alam sehingga atmosfer terganggu dan tidak bisa hujan sehingga panas. Kejadian ini akan kita alami lagi dan prediksi puncaknya akhir Desember 2023 atau awal Januari 2024.
    • Puncak Demam Berdarah di Indonesia terjadi pada saat Ocean Nino Index (ONI) tinggi dan trennya dengan perubahan iklim makin sering menunjukkan very strong atau di atas 2. El Nino akan berdampak kepada bukan hanya urusan pangan juga urusan kesehatan.
    • Selama 50 tahun terakhir, pemerintah sudah melakukan berbagai macam intervensi dan program menghabiskan ratusan miliar sampai triliun, tapi kasusnya tidak turun;
      • Modifikasi lingkungan dan manipulasi lingkungan
      • Teknologi nyamuk Aegypti ber-Wolbachia
      • Vaksinasi Dengue
    • Insiden dengue mulai menurun di Kota Yogyakarta setelah 2016. Nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia adalah salah satu inovasi pengendalian vektor di masyarakat.
  • Mekanisme Inovasi Wolbachia;
    • Mengenal bakteri Wolbachia
      • Bakteri Wolbachia adalah bakteri alami yang ada di dalam tubuh beberapa serangga lalat buah, kupu-kupu, ngengat, dll.
      • Wolbachia tidak dapat bertahan hidup di luar sel serangga karena tidak memiliki mekanisme untuk mereplikasi dirinya sendiri tanpa bantuan serangga inangnya.
      • Wolbachia tidak dapat bertahan hidup di lingkungan, tidak dapat berpindah ke serangga lain atau manusia.
      • Wolbachia bukan merupakan rekayasa genetika oleh para ilmuwan.
    • Bagaimana Wolbachia digunakan untuk mengendalikan dengue;
      • Bakteri Wolbachia menghambat perkembangan virus dengue di tubuh nyamuk Aedes aegypti. Artinya, kemampuan nyamuk ber-Wolbachia dalam menularkan virus ke manusia berkurang.
      • Ketika nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia berkembang biak di populasi nyamuk, maka kasus dengue akan menurun.
      • Cara berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia;
        • Bila nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk betina ber-Wolbachia, maka telurnya akan menetas dan menghasilkan nyamuk ber-Wolbachia
        • Bila nyamuk jantan tidak ber-Wolbachia kawin dengan betina ber-Wolbachia, maka telurnya akan menetas dan menghasilkan nyamuk ber-Wolbachia.
        • Bila nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan betina tidak ber-Wolbachia, maka telurnya tidak akan menetas.
    • Cara penyebaran telur Aedes aegypti ber-wolbachia;
      • Dalam 1 ember ada 250-300 telur nyamuk, dengan angka penetasan ± 90%
      • I ember diletakkan dalam jarak 75 m²
      • Perhitungan jumlah nyamuk yang disebarkan 10% dari populasi nyamuk di daerah tersebut. Penyebaran hanya <1% dari populasi nyamuk.
      • Jadi hanya melepaskan ± 2-3 nyamuk/meter setiap 2 Minggu sebanyak 12 kali.
    • Kementerian Kesehatan mengikuti perkembangan penelitian nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia di Provinsi DIY sampai tahap implementasi;
      • Analisis Risiko menilai apakah pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia akan berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan dalam jangka waktu tertentu
        • Kesimpulan : dalam 30 tahun ke depan, risiko dampak berbahaya dari penyebaran nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia adalah negligible (dapat diabaikan).
      • Rekomendasi Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI);
        • AIPI merekomendasikan agar inovasi pencegahan dengue dengan teknologi Wolbachia ini dapat menjadi kebijakan Kementerian Kesehatan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat dalam penanganan dengue di Indonesia.
      • Rekomendasi Vector Control Advisory Group WHO;
        • Sudah ada bukti bahwa penyebaran nyamuk ber-wolbachia ke populasi Aedes aegypti mendemonstrasikan dampak kesehatan masyarakat terhadap dengue.
        • Sudah ada data yang mencukupi bagi WHO untuk memulai pengembangan pedoman untuk rekomendasi intervensi pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia untuk pengendalian dengue.
    • Studi AWED (2017-2020) menunjukkan bahwa pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia menurunkan 77% insiden dengue.
  • Update Implementasi Inovasi Wolbachia di 6 Kota;
    • Implementasi awal program Wolbachia di 6 Kota;
      • Pemilihan berdasarkan analisis insiden dengue, kepadatan penduduk, keterwakilan wilayah dan komitmen kepala daerah.
      • Kepmenkes 1341 Tahun 2022;
        • Semarang
        • Bandung
        • Jakbar
        • Bontang
        • Kupang
    • Tahapan implementasi nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia;
      • Monitoring dan evaluasi terus dilakukan untuk memastikan kualitas telur dan menilai proporsional ber-wolbachia.
      • Data insiden kasus dengue terdokumentasi setiap bulan selama minimal 5 tahun sebelum, selama dan pasca implementasi yaitu 1 tahun setelah penarikan ember nyamuk ber-wolbachia.
    • Program penerapan teknologi Wolbachia menjadi idenya Pemerintah Daerah. Kementerian Kesehatan spent sekitar Rp16 Miliar di 5 Kota dengan bantuan Pemerintah Daerah sekitar Rp500 juta per kota.
    • Kementerian Kesehatan telah melakukan komunikasi publik melalui berbagai kanal;
      • ~60% berita di media massa memiliki sentimen positif
      • ~38% percakapan di media sosial memiliki sentimen positif

Adi Utarini, Akademisi
  • Pelepasan nyamuk ini dilakukan secara bertahap menggunakan ember yang di dalamnya kami isi dengan telur nyamuk Aedes aegypti dan ember ini juga tidak diletakkan di setiap rumah namun diletakkan berjarak sekitar 75 m dari satu rumah ke rumah yang lain. Setiap 2 minggu, telur nyamuk yang ada di ember ini diganti airnya dan dengan demikian nanti selama 6 bulan nyamuk Aedes aegy yang ber-wolbachia akan menyebar di masyarakat. Pada waktu yang bersamaan, kami menyebarkan semacam ember untuk trapping nyamuk, sehingga di seluruh kota Yogyakarta kami meletakkan sekitar 250 biji trap yang setiap Minggu kami ambil dan kemudian ada yang menghitung satu persatu serangga yang tertangkap,jumlah Aedes aegypti, pada akhirnya ketika kita sudah melepaskan selama lebih kurang 6 bulan di masyarakat maka Aedes aegypti yang sudah ada Wolbachia-nya mencapai sekitar 60%. Ketika sudah mencapai 60%, maka mereka akan berkembang biak secara alami dan ember itu kita tarik dan kemudian pelepasan dihentikan. Salah satu keunggulan dari teknologi ini adalah ketika pelepasannya dihentikan, nyamuknya terus berkembang biak secara alami dengan nyamuk yang ada di alam dan kemudian akan terus berada di populasi alamnya. Dengan demikian, Aedes aegypti ber-wolbachia berkelangsungan menjadi sustainability dan ini yang dilihat dampaknya terhadap penyakit dengue atau demam berdarah.
  • Pendekatan Jangka Panjang (2011-2023);
    • Fase 1 Keamanan dan kelayakan
    • Fase 2 Pelepasan skala kecil;
      • Wolbachia mampu berkembang dan menetap di populasi alami setelah pelepasan nyamuk dewasa atau telur
      • Pelepasan Wolbachia bisa diterima oleh masyarakat
      • Dengan satu periode pelepasan, Wolbachia bertahan jangka panjang
    • Fase 3 Pelepasan skala besar (uji klinis)
    • Fase 4 Model implementasi
  • Nyamuk ber-wolbachia itu aman;
    • Tidak ada transmisi horizontal Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti serangga lain
    • Tidak ada infeksi Wolbachia dari nyamuk Aedes aegypti ke manusia
    • Pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia tidak mengubah populasi nyamuk
    • Nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia memiliki karakter yang sama dengan yang di alam, termasuk dalam hal resistensi insektisida
  • Kami mengidentifikasi semua suspek demam berdarah yang datang ke Puskesmas dan kemudian diperiksa apakah memang betul ada virus dengue-nya atau tidak. Hasilnya terlihat bahwa pada wilayah pembanding ada 318 kasus dengue sedangkan pada wilayah yang dengan nyamuk Wolbachia hanya 67 kasus dengue. Di kelompok pembanding ada lebih dari 100 yang dirawat inap karena dengue sedangkan di kelompok dengan Wolbachia hanya 13 yang di rawat inap karena dengue. Hasilnya terdapat penurunan 77% insiden dengue dan penurunan 86% rawat inap di RS akibat dengue pada wilayah yang mendapatkan nyamuk ber-wolbachia.
  • Pada tahun 2021-2023, kasus dengue sangat rendah di kota Yogyakarta sekalipun masih ada fluktuasi tetapi sudah berada pada tingkatan yang sangat rendah.
  • Kesimpulan : Sebuah Harapan Baru;
    • Risiko intervensi Wolbachia untuk pengendalian dengue dapat diabaikan
    • Riset 12 tahun teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia di Yogyakarta menghasilkan penurunan 77% kejadian dengue dan 86% rawat inap di RS akibat dengue
    • Implementasi intervensi Wolbachia sebagai pelengkap dari program pengendalian dengue memerlukan kepemimpinan pemerintah, dukungan kuat dari pemangku kepentingan dan penerimaan masyarakat.

Scott O'neil, CEO World Mosquito Program
  • Kami sudah bekerja di lebih dari 13 negara dengan mengcover orang yang terproteksi sebanyak 11,2 juta orang sampai dengan September 2023. Kami ada di tiga negara bagian yaitu Amerika, Pasifik, dan Asia.
  • Riset ini dimulai di Australia sebagai negara yang pertama yang menggunakan teknologi Wolbachia. Riset ini dilakukan pada tahun 2011 - 2017 dengan luas 300 m² dan populasi yang tercover adalah 325.000 orang. Selama kurun waktu itu, bahwa dengue transmisi berhasil dieliminasi secara total sebagai resultnya sehingga ini menjadi demonstrasi bahwa teknologi ini tidak hanya safe tetapi juga efektif.
  • Di Brazil, ada 5 kota yang menggunakan teknologi Wolbachia. Sejak tahun 2021-2023, pemerintah Brazil memimpin deployment dan monitoring penyebaran nyamuk. Public health benefit sudah diukur dan dihitung, hasilnya sangat sukses di Rio & Niteroi. Kemudian, ada joint venture commenced antara MWP dan Pemerintah Brazil untuk membangun Mosquito manufacturing factory dengan kapasitas 100 juta nyamuk per Minggu karena Brazil akan ekspansi dari 5 kota menjadi ke seluruh Brazil.
  • Di Kolombia, kami sudah bekerjasama dengan pemerintah Kolombia untuk mengcover 4,5 juta penduduk di 182 km² di 4 kota. Penurunan kasus dengue 95-97% sejak Wolbachia disebarkan pada tahun 2017.
  • Di New Caledonia, kami berkerja sama sejak tahun 2019-2023 mengcover 150.000 orang dengan luasan geografis 144 km². Dengue transmission berhasil dieliminasi in New Caledonia.
  • Di Singapura, menggunakan Wolbachia tetapi bukan WMP Method, mereka menyebarkan male mosquito. Metode ini mahal diterapkan pada negara-negara besar karena harus diulang penyebarannya. WHO mendukung WMP Method sementara metode yang dilakukan Singapura belum mendapat dukungan dari WHO.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY
  • Betul bahwa di tahun 2016 adalah puncak dari tingginya kasus DBD di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di tahun 2016, kasus tertinggi di DIY yaitu sebanyak 6.318 kasus DBD. Benar ada siklus tahunan di kasus DBD, begitu pula yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada 2016-2018, kasus DBD mengalami penurunan yang signifikan tapi kembali meningkat 2019 dan seterusnya. Satu hal yang kami yakini bahwa Wolbachia adalah inovasi pendukung program Kementerian Kesehatan yang luar biasa yaitu Program PSN dalam menanggulangi kasus DBD di Daerah Istimewa Yogyakarta. Peran dari masyarakat juga terlihat pada program inovasi Wolbachia, di mana masyarakat tidak hanya sebagai objek tapi juga berperan sebagai subjek.
  • Setelah tahun 2016 di mana Wolbachia mulai diimplementasikan, memang ada kenaikan kasus DBD tetapi kami pastikan bahwa kenaikan itu tidak setinggi saat Wolbachia belum ada, sehingga kami meyakini bahwa program Wolbachia ini adalah inovasi untuk pendukung program pengurangan dari kasus DBD.
  • Tantangan terhadap kasus DBD di DIY adalah saat itu kurang sosialisasi kepada masyarakat tentang kasus DBD itu sendiri sehingga dengan dibantu adanya Wolbachia ini masyarakat semakin sadar bahwa penanggulangan DBD ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendiri tanpa mengikutsertakan masyarakat. Yang menjadi catatan baik adalah di tahun 2023 setelah dibantu oleh program Wolbachia, permintaan fogging sangat menurun. Saat lalu, masyarakat selalu meminta pelayanan fogging jika ditemukan kasus DBD di suatu wilayah. Kemudian dengan kondisi saat ini maka kami bisa mengefisiensikan biaya untuk program DBD dan kita geserkan untuk program lainnya.

Pemantauan Rapat

Berikut merupakan respon anggota terhadap pemaparan mitra:

Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan