Kapal tiba di lokasi terakhir QZ 8501 terdeteksi radar pada Senin pukul 04.30. Awak KN 224 dan Grup Khusus Basarnas langsung mengamati perairan di sekitar kapal. Kapal berlayar dengan kecepatan 18 knot. Hingga pukul 09.30, KN 224 kemudian bergerak meninggalkan wilayah Tanjung Pengujian-Teluk Kumai dan Tanjung Puting yang memiliki kedalaman 6-11 meter menuju Belitung.
”Di sini banyak nelayan dan belum ada yang melaporkan. Selain itu, ada tiga kapal besar yang melintas juga mengaku tidak melihat tanda-tanda QZ 8501, jejak bahan bakar, ataupun puing pesawat,” kata Ahmad. KN 224 menyisir wilayah perairan seluas setara 400 kilometer persegi.
Kepala Kamar Mesin KN 224 I Made Oka menambahkan, ada sejumlah kapal besar seperti KM Susestran, MOL Horizon, dan KM Raina yang melintasi perairan itu. Saat ditanya, mereka mengaku tak menemukan tanda keberadaan QZ 8501.
Upaya pencarian berlanjut sambil berkomunikasi dengan pesawat CN 235 intai maritim TNI AL yang memantau dari udara. Pada pukul 10.00, KN 224 mulai berlayar selama lima jam menuju Belitung.
Ahmad mengatakan, mereka akan melanjutkan pencarian QZ 8501, Selasa (30/12), ke arah Pelabuhan Kumai, Kalimantan Tengah, sejauh 2.092 kilometer dengan koridor penyisiran selebar 42,28 kilometer. Menurut Ahmad, jika melihat cuaca, arus, dan titik terakhir QZ 8501 terpantau radar, sebaiknya pencarian diarahkan ke utara Selat Karimata.
Peran penting KN 224 dan kapal-kapal perang TNI AL menyisir samudra tak terlepas dari ”mata” udara. TNI mengerahkan 16 pesawat dan helikopter untuk mencari dari udara.
Tim udaraSedikitnya 20 personel Skuadron Udara 31 dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (29/12) pagi, mengikuti apel singkat persiapan mencari QZ 8501. Pesawat itu hilang kontak pada Minggu (28/12) setelah 46 menit lepas landas dari Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur.
Mereka menerbangkan dua pesawat angkut militer Hercules C-130 bernomor A-1319 yang berangkat pukul 06.00 WIB dan A-1323 yang terbang 30 menit kemudian. Sebagian dari 59 jurnalis duduk di kursi panjang menempel dinding pesawat. Mereka yang tidak kebagian harus duduk lesehan di lantai.
Kedua pesawat akan menyisir wilayah udara yang telah ditentukan selama lima jam. Penerbangan dari Lanud Halim Perdanakusuma ke Bandara Tanjung Pandan, Belitung Timur, Bangka Belitung, menelan waktu satu jam, sehingga total waktu operasi dijadwalkan selama tujuh jam.
Namun, jadwal tersebut molor karena mereka selalu mengecek setiap laporan terbaru yang masuk ke lapangan. Beberapa laporan yang diterima adalah sinyal lemah ELT di bagian barat Belitung, lalu sinyal lemah ELT di selatan Kalimantan, dan tumpahan minyak di bagian timur Tanjung Pandan.
”Pencarian sesuai koordinat, kami lakukan di utara Tanjung Pandan selama lima jam dan tidak menemukan apa pun. Lalu kami diminta mencari kembali sesuai laporan yang masuk,” jelas pilot Letnan Kolonel (Pnb) I Gusti Putu.
Pilot menerbangkan pesawat dengan ketinggian jelajah 457 meter di atas permukaan laut. Pilot juga mengizinkan maksimal dua jurnalis secara bergantian masuk ke kokpit untuk ikut memantau. ”Misi terbang dalam durasi lama. Pilot sekaligus dua orang untuk keamanan,” kata Kapten Edi Siswanto.
Mereka terus menjalankan perintah mencari tanpa henti. (Iwan Santosa/Riana Ibrahim/Edna C Pattisina)