Efek dramatis atas kasus penangkapan oleh Bareskrim Polri itu begitu mencolok, antara lain, karena dilakukan di jalan, yang membuat banyak orang terperangah. Berbagai kalangan dibuat terkejut dan terusik karena tindakan penangkapan di luar dugaan publik.
Pihak kepolisian menjelaskan, Bambang ditangkap atas kasus dugaan kesaksian palsu dalam perkara sengketa pemilihan kepala daerah di Kotawaringin Barat, Kalimantan. Sementara persengketaan itu sendiri dikatakan sudah diselesaikan tahun 2010 di Mahkamah Konstitusi.
Apa pun alasan dan pertimbangannya, kasus penangkapan Bambang sama sekali tidak membantu meredam kegaduhan politik yang dihadapi Indonesia. Kasus itu justru menambah kehebohan, yang dapat merepotkan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla di tengah ancang-ancang melaksanakan agenda pembangunan.
Kegaduhan bertambah karena bermunculan spekulasi, yang mengaitkan kasus penangkapan Bambang dengan perseteruan antara KPK dan kepolisian, yang diibaratkan pertarungan cicak-buaya. Tidak sedikit orang yang bertanya-tanya, mengapa kegaduhan politik dan hukum seakan tiada habis-habisnya, terus saja silih berganti. Belum selesai kegaduhan atas pencalonan Komisaris Jenderal Budi Gunawan, kini muncul kehebohan atas penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.
Sensitivitas bertambah karena tidak sedikit kalangan berusaha mengaitkan penangkapan Bambang dengan kontroversi atas pencalonan Budi sebagai Kepala Polri. Juga kasus penangkapan disebut-sebut sebagai refleksi hubungan tidak harmonis antara kepolisian dan KPK. Atas dasar itu, muncul berbagai desakan agar Presiden Jokowi segera mengakhiri ketegangan kepolisian dan KPK.
Perlu disampaikan, sejumlah tokoh bangsa sudah mengingatkan, kegaduhan politik jangan dibiarkan berlarut-larut karena hanya menguras energi bangsa dan merusak momentum pembangunan ekonomi di bawah pemerintahan baru hasil Pemilu 2014. Telah merebak luas pula kekhawatiran tentang kemungkinan kasus penangkapan Wakil Ketua KPK menjadi bola panas, yang bisa bergerak liar dan tak terkendali.
Tantangannya semakin berat jika kemelut yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini menggambarkan runyamnya keadaan zaman, yang membuat orang tidak mengenal kawan ataupun lawan, bellum omnium, contra omnes, perang melawan semua oleh semua. Dalam lapisan yang lebih dalam, jangan-jangan sedang terjadi disorientasi nilai, yang secara kultural digambarkan sebagai wujud zaman edan. Di balik ketegangan KPK dan kepolisian, dikhawatirkan sedang terjadi pertarungan nilai pula. Sekiranya berpijak dan berorientasi pada nilai yang sama, niscaya tidak terjadi benturan hebat, yang terdengar sampai jauh.