Berita Terkait
- (DetikNews) Besok Dirjen Pajak Panggil Google
- (TigaPilarNews) DPR Harap Pemerintah Ajukan Banyak Obyek Baru untuk Cukai
- (DetikNews) Ditjen Pajak: Tawaran Google dalam Negosiasi Tak Masuk Akal
- (DetikNews) PLN Tak Lagi Layani Permintaan Sambungan Listrik 450 VA dan 900 VA
- (Tempo.co) Kunjungan Komisi XI ke Amerika, Ketua MPR: Itu Hak Dewan
- (Media Indonesia) Setop Akal-akalan Studi Banding ke Luar Negeri
- (DetikNews) Ini Alasan Proyek 35.000 MW Tak Bisa 'Ngebut'
- (DetikNews) Butuh Rp 1-1,2 T agar TI Asian Games 2018 Samai Event di Incheon 2014
- (Tempo.co) Jokowi: Masyarakat Papua Jangan Jadi Penonton Pembangunan
- (Netral News) Presiden: 35.000 MW Belum Memuaskan, 34 Proyek Mangkrak Akan Di-KPK-kan
- (DetikNews) Tolak TAPERA, Ini Usulan Pengusaha
- (SindoNews.com) Arcandra Rencana Hapus Skema Pemerintah-Swasta di Proyek Migas
- (Tempo.co) Pengentasan Kemiskinan Jalan di Tempat, Ini Alasan Mensos
- (DetikNews) 'Wisma Atlet Selesai Tepat Waktu, Kualitasnya Oke'
- (DetikNews) Bertemu Putu Sebelum APBN-P 2016 Disahkan, Anggota Banggar: Balikin Jam Palsu
- (ANTARA News) Pemerintah siapkan Rp390 miliar untuk hunian TNI/Polri
- (TribunNews) Munculkan Opini Seolah Orang Kaya yang Selama Ini Sembunyikan Hartanya Sebagai Pahlawan
- RUU PNBP - Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Anggito Abimanyu
- (Aktual.com) Sindir Rini, Menteri Bappenas Akui PMN Banyak Salah Sasaran
- (Tempo.co) Menteri Asman: 60 Persen Aparatur Negara Tak Punya Keahlian
- (DetikNews) Mafia Sepakbola Masih Jadi Isu Jelang Kongres PSSI
- (Lampung Post) Ini Alasan Sri Mulyani Pangkas APBN Tanpa Izin DPR
- (DetikNews) KPK Minta Mendagri Dorong Kepala Daerah Segera Setor Dokumen Perizinan Tambang
- (DetikNews) Kepala BKPM: Investasi Motor Utama Pertumbuhan di 2017
- (DetikNews) Ini Alasan Investor RI Lebih Suka Bangun Listrik Batu Bara Ketimbang Tenaga Air
Kategori Berita
- News
- RUU Pilkada 2014
- MPR
- FollowDPR
- AirAsia QZ8501
- BBM & ESDM
- Polri-KPK
- APBN
- Freeport
- Prolegnas
- Konflik Golkar Kubu Ical-Agung Laksono
- ISIS
- Rangkuman
- TVRI-RRI
- RUU Tembakau
- PSSI
- Luar Negeri
- Olah Raga
- Keuangan & Perbankan
- Sosial
- Teknologi
- Desa
- Otonomi Daerah
- Paripurna
- Kode Etik & Kehormatan
- Budaya Film Seni
- BUMN
- Pendidikan
- Hukum
- Kesehatan
- RUU Larangan Minuman Beralkohol
- Pilkada Serentak
- Lingkungan Hidup
- Pangan
- Infrastruktur
- Kehutanan
- Pemerintah
- Ekonomi
- Pertanian & Perkebunan
- Transportasi & Perhubungan
- Pariwisata
- Agraria & Tata Ruang
- Reformasi Birokrasi
- RUU Prolegnas Prioritas 2015
- Tenaga Kerja
- Perikanan & Kelautan
- Investasi
- Pertahanan & Ketahanan
- Intelijen
- Komunikasi & Informatika
- Kepemiluan
- Kepolisian & Keamanan
- Kejaksaan & Pengadilan
- Pekerjaan Umum
- Perumahan Rakyat
- Meteorologi
- Perdagangan
- Perindustrian & Standarisasi Nasional
- Koperasi & UKM
- Agama
- Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak
- Kependudukan & Demografi
- Ekonomi Kreatif
- Perpustakaan
- Kinerja DPR
- Infografis
(Harian Kompas) Pemerintah: Pelemahan Rp 100 per dollar AS beri tambahan APBNP 2015 Rp 2,3 triliun.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tidak berisiko terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015. Bahkan, setiap pelemahan Rp 100 per dollar AS justru menimbulkan tambahan pada APBN sebesar Rp 2,3 triliun.
Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Selasa (10/3), nilai tukar rupiah Rp 13.059 per dollar AS.
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Keuangan kemarin menyebutkan, kondisi perekonomian domestik masih sangat terkendali. Pemerintah berupaya memperkuat nilai tukar rupiah melalui sejumlah kebijakan fiskal untuk memperbaiki neraca perdagangan serta neraca pendapatan dan jasa. Sejumlah kebijakan akan diterbitkan paling lambat awal April.
Terkait kondisi rupiah yang terus melemah terhadap dollar AS, Presiden Joko Widodo saat ditanya wartawan menyatakan, hal serupa dialami negara lain. Ini disebabkan kondisi perekonomian AS yang membaik.
Meski demikian, Selasa malam, Presiden menggelar rapat tertutup untuk membahas perkembangan terakhir tentang rupiah. Rapat yang tidak terjadwal dalam agenda Presiden itu dilakukan tak lama setelah Presiden tiba dari Aceh.
Kepada pers yang mengonfirmasi agenda rapat itu, sesaat setelah mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Presiden enggan merinci agenda rapat. Ia mengatakan, rapat yang membicarakan persoalan umum, baik ekonomi maupun nonekonomi, biasa dilakukan pada malam hari.
Rapat tertutup di Kantor Presiden dimulai sekitar pukul 20.00. Rapat dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, Menkeu Bambang PS Brodjonegoro, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, dan Direktur Jenderal Pajak Sigit Priadi Pramudito.
Stabilitas ekonomi
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers di Kementerian Keuangan menyatakan, fokus kebijakan BI adalah memastikan stabilitas ekonomi makro tetap terjaga guna mendukung pertumbuhan ekonomi. BI menjaga nilai tukar rupiah bergerak stabil sesuai fundamen perekonomian dalam negeri.
”Dalam kondisi tertentu seperti dua minggu terakhir, ketika ada tekanan berat, BI tidak segan-segan melakukan intervensi di pasar valuta asing. Ini untuk memastikan penyesuaian berlangsung secara gradual,” kata Perry.
Setiap pelemahan 1 persen nilai tukar rupiah, menurut Perry, menambah inflasi 0,07 persen. Dengan demikian, dampak pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini terhadap inflasi tidak terlalu besar.
Muliaman menyatakan, OJK melihat kondisi sektor jasa keuangan masih terjaga dengan stabilitas yang baik. Hal ini antara lain terlihat pada pasar saham dan pasar surat utang yang tetap dimasuki dana asing.
OJK juga telah melakukan uji ketahanan sektor jasa keuangan atas berbagai macam perubahan, termasuk pelemahan rupiah. Hasilnya, pelemahan nilai tukar dan pelambatan pertumbuhan ekonomi di awal tahun masih bisa ditoleransi.
Dalam asumsi makro APBN 2015, pertumbuhan ekonomi 5,7 persen, nilai tukar rupiah Rp 12.500 per dollar AS, dan inflasi 5 persen. Pendapatan negara dalam APBN 2015 sebesar Rp 1.761,6 triliun, sedangkan belanja negara Rp 1.984,1 triliun.
Ekspektasi
Pasar berekspektasi Bank Sentral AS atau The Fed mungkin segera menaikkan suku bunga, yang selama dua dekade di level 0,25 persen. Secara teoretis, kenaikan suku bunga akan meningkatkan nilai mata uang lewat kenaikan kurs. Hal itu yang ditangkap pasar sehingga dollar AS menguat terhadap lira (Turki), won (Korsel), yen (Jepang), euro (Eropa), ringgit (Malaysia), dan hampir terhadap semua mata uang kuat dunia.
”Kita kemungkinan sedang memasuki sebuah tahap yang menunjukkan apresiasi kurs dollar AS terkait optimisme perekonomian Amerika Serikat,” kata Todd Elmer, analis pasar dari Citigroup Inc yang berbasis di Singapura.
Berdasarkan catatan BI kemarin, rupiah menguat 0,8 persen terhadap euro, menguat 1,1 persen terhadap dollar Australia, 0,55 persen terhadap yen Jepang, dan 0,07 persen terhadap poundsterling Inggris.
Terkait kondisi perekonomian saat ini, Presiden menyatakan, peningkatan produk ekspor yang berbasis bahan baku lokal perlu didorong. Langkah itu perlu waktu. Joko Widodo menyatakan akan bertemu eksportir untuk mendengarkan kesulitan di lapangan guna mengetahui langkah yang bisa dilakukan pemerintah.
Sofyan Djalil yang ditemui sebelum rapat di Kantor Presiden menyatakan, kondisi rupiah ini bukan yang terburuk. ”Pemerintah dan BI akan melakukan segala upaya untuk menjaga volatilitas rupiah,” katanya.
Kebijakan yang bisa diambil untuk mengatasi pelemahan itu, menurut Sofyan, salah satunya dengan mempercepat perbaikan iklim investasi. Pelemahan rupiah saat ini justru menjadi kesempatan bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Dalam negeri
Secara terpisah, Kepala Ekonom dan Riset PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menjelaskan, pelemahan rupiah juga terjadi karena faktor dari dalam negeri.
Menjelang April, kata Lana, industri mulai meningkatkan impor bahan baku yang akan dipakai untuk memproduksi berbagai barang kebutuhan masyarakat pada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Banyak juga korporasi yang mulai membeli dollar AS untuk membayar utang luar negeri. ”Dari dalam negeri, dua hal itu sudah meningkatkan tekanan permintaan dollar AS sehingga rupiah melemah,” kata Lana.
Investor di Indonesia juga mulai mengantisipasi pertemuan Federal Open Market Committee The Fed pada pertengahan Maret ini, dengan tetap memegang dollar AS. Hal ini meningkatkan tekanan terhadap rupiah.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita menjelaskan, mata uang dollar AS tidak hanya akan digunakan untuk transaksi internasional. Tekanan terhadap rupiah juga terjadi karena dollar AS digunakan untuk transaksi di dalam negeri.
”Salah satu transaksi di dalam negeri yang harus menggunakan dollar AS adalah pembayaran penanganan terminal pelabuhan,” kata Ilham.
Kebutuhan dollar AS, kata Ilham, tak kurang dari 700 juta dollar AS per tahun di Pelabuhan Tanjung Priok. ”Kapasitas Tanjung Priok sekitar 7 juta TEU dengan biaya 100 dollar AS per TEU per tahun. Jika transaksi di pelabuhan internasional bisa dialihkan ke rupiah, permintaan dollar AS bisa jauh berkurang,” kata Ilham.
Kepala Riset UBS Indonesia Joshua Tanja menjelaskan, dilihat secara historis, BI terus berusaha meningkatkan cadangan devisanya. Per akhir Februari 2015, cadangan devisa Indonesia 115,527 miliar dollar AS.
”Selama dua tahun terakhir, cadangan devisa terus naik. Kemungkinan besar, intervensi Bank Indonesia di pasar valuta asing tidak terlalu besar untuk menjaga fluktuasi supaya tidak terlalu tajam,” kata Joshua.
Media Manager Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan, Pertamina selama ini sudah mematuhi Undang-Undang Mata Uang, yakni menggunakan mata uang rupiah pada transaksi dalam negeri. ”Kalau sifatnya internasional, ya, kami belinya dalam dollar AS, tetapi untuk pengadaan dollar AS-nya dan segala macam langsung melalui Bank Indonesia,” katanya.