Berita Terkait
- (Warta Ekonomi) Jonan Usulkan Kepada Kemenkeu Bea Ekspor Konsentrat 10 Persen
- (DetikNews) PLN Tak Lagi Layani Permintaan Sambungan Listrik 450 VA dan 900 VA
- (DetikNews) Ini Alasan Proyek 35.000 MW Tak Bisa 'Ngebut'
- (SindoNews.com) Arcandra Tahar Pertimbangkan Lebur Pertamina dan SKK Migas
- (DetikNews) Cadangan Migas RI Jadi Aset Pertamina, Ini Manfaatnya
- (SindoNews.com) Arcandra Rencana Hapus Skema Pemerintah-Swasta di Proyek Migas
- (Media Indonesia) Presiden Menerapkan Program BBM Satu Harga di Papua
- (Kompas) Jonan Dilantik Jadi Menteri ESDM, Arcandra Wakil Menteri ESDM
- (Aktual.com) Luhut: Tidak Semua Dapat Relaksasi Ekspor Konsentrat
- (Tempo.co) Isu Novanto Jadi Ketua DPR Lagi, Refly: Legal tapi Timbul...
- (DetikNews) KPK Minta Mendagri Dorong Kepala Daerah Segera Setor Dokumen Perizinan Tambang
- (DetikNews) Jika Revisi UU Migas Mandek, Pemerintah Diminta Keluarkan Perppu
- (DetikNews) Ini Alasan Investor RI Lebih Suka Bangun Listrik Batu Bara Ketimbang Tenaga Air
- (DetikNews) Freeport Dapat Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Hingga 11 Januari 2017
- (DetikNews) Pembentukan Holding BUMN Panas Bumi Selesai Tahun Ini
- (DetikNews) Investor Takut Bangun Pabrik di Luar Jawa
- (Tempo.co) Pertamina-Saudi Aramco Kerja Sama Perluasan Kilang Cilacap
- (Tempo.co) Menteri BUMN: PGN Bakal Digabung dengan Pertamina
- (SUARA.com) Kementerian ESDM Ajak Sarjana Muda Jadi Patriot Energi
- (Tempo.co) Hari Ini Pertamina Luncurkan Solar Baru di Jabodetabek
- (Liputan6.com) Pertamina Likuidasi Petral, Bagaimana Nasib Pekerjanya?
- (Tempo.co) Kemenperin Tetapkan Standar Spesifikasi Tower Transmisi
- (Tempo.co) Setengah Tahun Berlalu, KPK Terus Usut Kasus Petral
- (Tempo.co) Pilih Blok Masela Onshore, Jokowi Tak Hanya Utamakan Revenue
- (Inilah.Com) Dewie Limpo Minta Banggar Loloskan Proyek di Papua
Kategori Berita
- News
- RUU Pilkada 2014
- MPR
- FollowDPR
- AirAsia QZ8501
- BBM & ESDM
- Polri-KPK
- APBN
- Freeport
- Prolegnas
- Konflik Golkar Kubu Ical-Agung Laksono
- ISIS
- Rangkuman
- TVRI-RRI
- RUU Tembakau
- PSSI
- Luar Negeri
- Olah Raga
- Keuangan & Perbankan
- Sosial
- Teknologi
- Desa
- Otonomi Daerah
- Paripurna
- Kode Etik & Kehormatan
- Budaya Film Seni
- BUMN
- Pendidikan
- Hukum
- Kesehatan
- RUU Larangan Minuman Beralkohol
- Pilkada Serentak
- Lingkungan Hidup
- Pangan
- Infrastruktur
- Kehutanan
- Pemerintah
- Ekonomi
- Pertanian & Perkebunan
- Transportasi & Perhubungan
- Pariwisata
- Agraria & Tata Ruang
- Reformasi Birokrasi
- RUU Prolegnas Prioritas 2015
- Tenaga Kerja
- Perikanan & Kelautan
- Investasi
- Pertahanan & Ketahanan
- Intelijen
- Komunikasi & Informatika
- Kepemiluan
- Kepolisian & Keamanan
- Kejaksaan & Pengadilan
- Pekerjaan Umum
- Perumahan Rakyat
- Meteorologi
- Perdagangan
- Perindustrian & Standarisasi Nasional
- Koperasi & UKM
- Agama
- Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak
- Kependudukan & Demografi
- Ekonomi Kreatif
- Perpustakaan
- Kinerja DPR
- Infografis
(Kompas Sore) Harga Minya Global Tinggal 49 Dollar, Akankah Ada Revisi Harga BBM di Indonesia?
Mengutip laporan Reuters, Selasa (6/1), jual beli minyak mentah menunjukkan perlambatan di awal tahun 2015. Harganya berada di bawah 50 dollar AS per barrel. Peristiwa ini yang pertama kali terjadi sejak April 2009, di tengah melimpahnya pasokan minyak dunia.
Negara-negara utama dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) belum menunjukkan tanda-tanda mengurangi produksi minyak mereka. Sementara itu, permintaan minyak dunia melemah akibat belum pulihnya perekonomian global, terutama di Eropa dan Asia.
Direktur Asosiasi Perminyakan Indonesia Lukman Mahfoedz mengatakan, terus merosotnya harga minyak dunia akan membuat seluruh perusahaan di sektor migas mengkaji kembali investasi mereka pada tahun ini. Perusahaan yang hanya mengandalkan bisnis minyak mentah diperkirakan yang paling merasakan akibat menurunnya harga minyak dunia.
”Untuk perusahaan yang baru beroperasi, mereka makin memikul beban berat lantaran harga jual minyak belum memenuhi harga keekonomian. Apalagi, ongkos yang mereka keluarkan cukup banyak dalam hal pembebasan lahan, pengurusan perizinan, dan lain sebagainya,” katanya.
Lukman mengutip kajian sebuah lembaga konsultan migas di Norwegia yang menyebutkan bahwa proyek eksplorasi sektor migas senilai 150 miliar dollar AS di seluruh dunia terganggu akibat rendahnya harga minyak saat ini.
Penerimaan negara
Di dalam negeri, merosotnya harga minyak dunia berdampak berkurangnya penerimaan negara di sektor migas pada tahun ini.
Menurut Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudianto Rimbono, penerimaan negara di sektor migas pada tahun ini diperkirakan berkisar 12,9 miliar dollar AS hingga 19,4 miliar dollar AS. ”Padahal, penerimaan negara di sektor migas tahun 2014 adalah sekitar 26 miliar dollar AS. Menurunnya penerimaan negara di sektor migas pada tahun ini lantaran merosotnya harga minyak dunia. Jika harga minyak dunia membaik, maka penerimaan negara akan turut meningkat,” tuturnya.
Perlambatan harga minyak dunia, berdasarkan data bulanan dari laman OPEC, terjadi sejak September 2014. Rerata harga minyak pada bulan itu 95,98 dollar AS per barrel. Padahal, rerata bulanan harga minyak sejak Januari 2014 sampai Agustus 2014 berkisar 100 dollar AS per barrel hingga 105 dollar AS per barrel. Harga rata-rata bulanan terus merosot pada Desember 2014 yang menyentuh angka 59,46 dollar AS per barrel.
Pemerintah Indonesia telah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan premium sejak 1 Januari 2015. Harga solar turun dari Rp 7.500 per liter menjadi Rp 7.250 per liter. Adapun harga premium turun dari Rp 8.500 per liter menjadi Rp 7.600 per liter. Salah satu penyebab diturunkannya harga BBM itu adalah melemahnya harga minyak dunia.