Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Berita Terkait

Kategori Berita

(OkeZone.com) Yulianis Ingin Ingatkan SBY soal Kasus Hambalang

12/12/2018



JAKARTA – Kicuan mantan anak buah Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, Yulianis, terkait proses pengusutan kasus korupsi proyek pembangunan pusat olahraga di Hambalang, Bogor, Jawa Barat dan Wisma Atlet Sea Games di Palembang membuat kasus tersebut kembali bergeliat. Yulianis mengungkapkan “permainan” Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Nazaruddin yang masih berkeliaran kendati sudah divonis penjara.

Yulianis dalam akun Twitter-nya me-mention ke mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hingga akhirnya berujung pada pertemuan antara Yulianis dan Mahfud MD, serta loyalis Anas, Gede Pasek Suardika di Mahfud MD Institute, Jakarta, Rabu, 29 Juli 2015.

Pengamat politik Idil Akbar asal Universitas Padjajaran (Unpad) menilai, ada dua kemungkinan maksud dari Yulianis menguak kasus hukum yang melibatkan mantan bosnya tersebut. Pertama, dia ingin mengingatkan kembali pada Mahfud MD selaku orang yang mengerti hukum dan SBY selaku ketua umum Partai Demokrat terkait aliran dana proyek tersebut.

“Dan siapa saja yang terlibat di dalamnya serta bagaimana sebetulnya permainan yang ada di dalamnya. Pada sisi Mahfud saya kira memang terkait kapasitas beliau yang memahami hukum. Sementara dari sisi SBY menurut saya dalam kapasitasnya sebagai pimpinan Partai Demokrat dan Presiden kala itu yang oleh dua orang yakni Nazaruddin dan Anas seringkali juga dikaitkan dengan kasus Hambalang,” ujarnya kepadaOkezone, Kamis (30/7/2015).

Kedua, sambung Idil, Yulianis sepertinya juga ingin berupaya mengungkap fakta yang terjadi dalam permainan Hambalang yang melibatkan dirinya, Nazarudin dan Anas serta Andi Mallarangeng. Dia ingin menjelaskan bagaimana proyek tersebut menjadi "bancakan" permainan dari orang-orang yang memiliki kepentingan.

“Khususnya dalam hal ini yang menjadi fokus Yulianis adalah KPK yang dinilainya punya andil ikut terlibat juga sehingga bisa jadi dia merasa KPK hanya menjadi semacam alat bagi satu kepentingan yang lebih besar. Dua bentuk penanganan yang berbeda atas Nazar dan Anas oleh KPK sebagaimana yang di mention-kannya kepada Mahfud. Menurut saya merupakan indikasi atas adanya permainan tersebut,” tegasnya.