Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan

Gejolak Pasar Keuangan Indonesia — Badan Anggaran DPR RI Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Pakar

Tanggal Rapat: 3 Sep 2015, Ditulis Tanggal: 7 Oct 2021,
Komisi/AKD: Badan Anggaran , Mitra Kerja: Fahrial Anwar (Pakar)

Pada 3 September 2015, Badan Anggaran DPR RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Pakar mengenai Gejolak Pasar Keuangan Indonesia. RDPU ini dibuka dan dipimpin oleh Jazilul Fawaid dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dapil Jawa Timur 10 pada pukul 10.30 WIB dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Ilustrasi: kreditpintar.com)

Pemaparan Mitra

Berikut merupakan pemaparan mitra:

Anwar Nasution (Pakar)
  • Harga Surat Utang Negara (SUN) melemah
  • Seharusnya coca cola dan unilever saat lebaran pesta pora, tapi ternyata konsumsi rendah
  • Di masa lalu, Indonesia melakukan regulasi perbankan yang liberal
    • Pada tahun 1997, harga komoditi meningkat dengan adanya devaluasi yang mendorong pariwisata, hal ini yang tidak terjadi saat sekarang
    • Saat ini Indonesia el nino, sawah-sawah gagal panen, sebentar lagi impor beras akan meningkat
    • Cina mendorong pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan konsumsi dalam negeri, sementara Indonesia menjadi kuli Cina dan India, dimana hasil tambang diekspor kesana
    • Zaman VOC, ekonomi bergantung pada ekspor dan fokus hanya pada TKI yang tidak berpendidikan
    • Zaman Soeharto, boom minyak terjadi, kurs dolar dijaga dan mulai ekspor sepatu
    • Zaman SBY, semua impor; pepaya, kerudung, dll
  • Kebijakan penetapan kurs asing adalah penting
  • Ada 3 bentuk kebijakan kometer IMF
    • Mengakhiri depresi finansial selama orde baru
    • Menetapkan tingkat suku bunga
    • Mengganti sistem kurs
  • Kepastian hukum masih jauh dari harapan, padahal Indonesia adalah negara hukum
  • Ekspor masih bergantung pada hasil pertanian
  • Integritas dan teknis Gubernur Bank Indonesia sangat rendah karena dipilih oleh DPR RI
  • Aturan fiskal dan tata negara Indonesia di-copy dari Uni-Eropa
  • Indonesia adalah bangsa pengemis yang tangannya selalu dibawah
  • Banyak perusahaan Indonesia memiliki kantor di Singapura, tapi pabriknya di Indonesia karena pajak di Singapura lebih tinggi
  • Indonesia perlu menjalankan kebijakan moneter dan fiskal yang terpadu
  • Kebijakan moneter akan impoten tidak berfungsi bila tidak dibarengi dengan kebijakan fiskal
  • Kebijakan moneter Bank Indonesia harus memberikan insentif bagi importir
  • Suku bunga Indonesia tertinggi di Asia
  • Sudah 14 tahun reformasi, tetapi tidak ada kemajuan, perlu dilakukan strategi pembangunan nasional dengan efesiensi BUMN
  • Jokowi melakukan perombakan di tingkat pusat, tetapi tingkat kabupaten belum. Sehingga perlu diregulasi agar sistem perizinan dipermudah

Fahrial Anwar (Pakar)
  • Perkembangan ekonomi global cenderung memburuk, termasuk Indonesia
  • Pertumbuhan ekonomi Cina melambat dan kenaikan suku bunga AS, hal ini berdampak pada Indonesia
  • Hampir semua komoditi dunia menurun kecuali dolar
  • Sistem nilai tukar Indonesia menggunakan fee floating sesuai arahan IMF, tapi sepertinya sistem tersebut sudah tidak cocok
  • Faktor internal pelemahan rupiah adalah neraca perdagangan defisit, banyak transaksi dalam negeri yang menggunakan dolar
  • Pemerintah masih belum tanggap dengan peningkatan dolar yang terus terjadi
  • Satu-satunya supplier dolar adalah Bank Indonesia
  • Problem investor di Indonesia adalah lebih banyak di portofolio, seperti surat utang, saham dan SBI
  • Perlu ada pengendlaian hot money, harus ada holding jika asing memebeli saham dan surat utang
  • Rupiah dibutuhkan tetapi tidak dicintai, terbukti dengan transaksi uang asing yang marak di Indonesia. Bank Indonesia seharusnya menggunakan rupiah untuk transaksi dalam negeri agar terhindar dari dolarisasi
  • Alasan rupiah mudah diguncang adalah karena rezim devisa bebas dan sistem nilai tukar mengembang bebas
  • Rupiah masuk dalam kategori Garbage Money
  • Pinjaman valas besar tapi tidak hedging, jadi ketergantungan dolar sangat tinggi
  • Kebijakan BI untuk stabilisasi rupiah
    • Kewajiban penggunaan rupiah di NKRI
    • Membatasi pembelian valas maksimal 25 ribu usd
  • Dampak jatuhnya rupiah adalah dunia usaha mengalami kerugian, jauh dari APBN tahun 2015, industri terganggu produksinya, dan perbankan mengalami kemacetan
  • Pasar naik turun bukan karena ekonomi, tapi karena sentimen pasar
  • Saran
    • Mengendalikan investasi asing di portofolio
    • Memonitoring dan mengatur ketat pinjaman valas swasta dan hedging
    • Penetapan batas maksimal suku bunga kredit
    • Wajib devisa hasil ekspor bertahan di perbankan dalam negeri

Pemantauan Rapat

Berikut merupakan respon anggota terhadap pemaparan mitra:

Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan