Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan

Stabilitas Nilai Tukar Rupiah — Komisi 11 DPR-RI Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Gubernur Bank Indonesia

Tanggal Rapat: 5 Sep 2018, Ditulis Tanggal: 25 Jun 2020,
Komisi/AKD: Komisi 11 , Mitra Kerja: Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia

Pada 5 September 2018, Komisi 11 DPR-RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Gubernur Bank Indonesia mengenai Stabilitas Nilai Tukar Rupiah. RDP ini dibuka dan dipimpin oleh Muhammad Prakosa dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dapil Jawa Tengah 9 pada pukul 14:22 WIB dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Ilustrasi : mediaindonesia.com)

Pemaparan Mitra

Berikut merupakan pemaparan mitra:

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia
  • Ketidakpastian ekonomi global meningkat di tengah pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, ekonomi AS tumbuh kuat sedangkan di Eropa, Jepang dan Tiongkok menurun. Inilah yang menyebabkan dollar AS kuat sehingga mata uang negara lain menurun
  • Despabilitas suku bunga menaik di AS sementara di negara lain menurun, inilah yang menyebabkan investor lari ke AS sehingga ekonomi AS semakin menguat
  • Faktor lain yang menyebabkan dollar AS semakin menguat adalah ketegangan perdagangan AS dengan Tiongkok, Kanada dan negara lain yang menyebabkan investor juga memindahkan uangnya ke AS
  • Kondisi ekonomi Indonesia cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi 5,27%, tahun depan diharapkan menjadi 5,51%. Perbaikan pertumbuhan ekonomi didukung oleh permintaan domestik yang bersumber dari konsumsi rumah tangga yang kuat sejalan dengan stimulus. Selain itu, pesta demokrasi juga menjadi pertumbuhan bagi ekonomi. Inflasi juga relatif terkendali sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi, output gap yang masih negatif, terbatasnya dampak depresiasi rupiah, serta koordinasi yang kuat antar pemerintah dan Bank Indonesia  
  • Pemantauan rupiah atas inflasi masih terbatas. Tingkat depresiasi rupiah 7% dan 2015 pernah mencapai 15% dan masih rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya yang pernah mencapai 15-25%.
  • Pengendalian inflasi melalui TPIP dan TPID diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi 3,5 -1% dan 3,0-1% (2020-2021) dengan strategi 4K yaitu Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, Komunikasi efektif
  • Defisit transaksi berjalan tahun 2018 diperkirakan masih berada dalam batas aman. Untuk kedepannya, defisit transaksi berjalan akan menurun sejalan dengan kenaikan harga komoditas ekspor termasuk CPO
  • Terjadi arus masuk modal asing yang besar, Rp29 miliar bentuknya PMA, Rp19,4 miliar pembelian asing surat utang pemerintah, dan Rp20,6 miliar USD obligasi
  • Diperkirakan tahun 2019, defisit transaksi berjalan akan turun sekitar 2% dan akan dijelaskan langkah konkret dan salah satunya B20 yang dapat mengurangi impor minyak menurut Menko Perekonomian
  • Sektor pariwisata juga didorong seperti pelebaran anjungan di Bali dan airport Internasional Jogja, hal ini akan menambah devisa kedepannya
  • Meyakini bahwa tahun 2019 defisit transaksi berjalan turun dan stabilisasi nilai tukar terjaga. Fokus dana pendek adalah langkah-langkah stabilisasi nilai tukar dan ini untuk menjaga tingkat depresiasi
  • Menurunnya tekanan terhadap rupiah kedepan disebabkan oleh berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global sejalan kenaikan FFR yang lebih rendah, perkiraan kembalinya aluran modal ke EM dan defisit transaksi berjalan yang menurun
  • Bauran kebijakan BI untuk pengendalian inflasi dan stabilisasi nilai tukar rupiah
  • Kenaikan suku bunga kebijakan moneter sebesar 125bps menjadi 5,50% selama tahun 2018 agar pasar keuangan INA khususnya obligasi pemerintah tetap menarik bagi investor lokal dan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan dengan koordinasi bersama pemerintah.
  • Intervensi ganda di pasar valas dan pembelian SBN dari pasar sekunder khususnya pada saat terjadi pembalikan modal asing dalam jumlah besar
  • Penyediaan swap valas dan swaphedging dengan biaya relatif murah untuk pemenuhan likuiditas rupiah dan valas untuk swap valas (pagi hari) dan pemenuhan kebutuhan hedging korporasi bagi swap hedging (siang hari)
  • BI juga berkoordinasi dengan pemerintah dan OJK untuk melakukan langkah konkrit di bawah arahan Presiden RI untuk menurunkan defisit transaksi berjalan dan stabilisasi

Pemantauan Rapat

Berikut merupakan respon anggota terhadap pemaparan mitra:

Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan