Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan

Penjelasan terkait Revisi Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik Tahun 2024-2034 dan Perkembangan Transisi Energi dari Pembangkit PT PLN - RDP Komisi 7 dengan Dirjen Ketenagalistrikan dan Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM dan Dirut PT PLN (Persero)

Tanggal Rapat: 15 Nov 2023, Ditulis Tanggal: 30 Sep 2024,
Komisi/AKD: Komisi 7 , Mitra Kerja: Dirjen EBTKE Kementerian ESDM

Pada 15 November 2023, Komisi 7 DPR-RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dirjen Ketenagalistrikan dan Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, dan Dirut PT PLN (Persero) tentang penjelasan terkait revisi Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik Tahun 2024-2034 dan perkembangan transisi energi dari Pembangkit PT PLN. Rapat dipimpin dan dibuka oleh Sugeng Suparwoto dari Fraksi Nasdem dapil Jawa Tengah 8 pada pukul 11.47 WIB. (Ilustrasi: Niaga Asia)

Pemaparan Mitra

Berikut merupakan pemaparan mitra:

Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM RI
  • Telah beroperasi sebesar 7 GW dari total rencana 40,6 GW Pembangkit Tenaga Listrik yang direncanakan sesuai RUPTL PLN 2021-2030.
  • PLN memiliki porsi penyediaan tenaga listrik sebesar 90% dari nasional. PLN diwajibkan membuat RUPTL dalam 10 tahun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • PLN mempertimbangkan perubahan kebutuhan listrik yang signifikan dan perlunya mengakomodir penambahan infrastruktur ketenagalistrikan untuk memenuhi kebutuhan KTT baru, PT PLN akan melakukan perubahan RUPTL PT PLN (Persero) 2021-2030.
  • Kebutuhan tenaga listrik 2024-2030 diperkirakan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,11%/tahun (skenario high). Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan RUPTL PT PLN (Persero) 2021-2030 (4,91%/tahun).
  • Komitmen sektor energi adalah mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 314-446 juta ton CO2 tahun 2030, melalui pengembangan energi terbarukan, penerapan efisiensi energi dan konservasi energi, serta penerapan teknologi energi bersih.
  • Indonesia seperti banyak negara lainnya harus menemukan keseimbangan antara memenuhi kebutuhan energi nasional sekaligus mengurangi emisi mengatasi perubahan iklim global merujuk pada target Nationally Determined Contributions (NDCs).
  • Indonesia telah menetapkan target konsolidasi baru pengurangan emisi gas CO2 pada tahun 2060 di sektor energi sebesar 129 juta ton CO2. Emisi ini akan di offset oleh sektor kehutanan untuk mencapai Net Zero Emissions pada tahun 2060.
  • Demand tenaga listrik tahun 2060 akan didominasi sektor industri 47%, diikuti oleh sektor Rumah Tangga 21%, Bisnis 15%, Kendaraan Bermotor Listrik 7%, Publik 5%, dan produksi Green Hydrogen untuk sektor industri dan transportasi 4%.
  • Produksi tenaga listrik tahun 2060 akan berasal dari EBET 88% (EB 23% dan ET 65% (VRE 27% dan non VRE 38%)) dan Fossil+CCS 12%.
  • Produksi dari batubara masih akan meningkat hingga 2030, setelah itu semakin turun karena coal phase down dan cfbio serta retrofit NH3 mulai 2045. Peran gas akan digantikan bertahap oleh H2 mulai 20501.
  • Indonesia berencana untuk mengembangkan Super Grid guna meningkatkan konektivitas dan mengoptimalkan potensi Energi Terbarukan di 5 pulau utama.
  • Pengembangan Supergrid dan modernisasi sistem ketenagalistrikan tidak hanya memaksimalkan pemanfaatan potensi suplai energi air seperti di Pulau Kalimantan, melainkan meningkatkan penetrasi dari pengembangan yang masif dari potensi EBET yang intermitten yaitu Energi Surya dan Energi Angin. Interkoneksi ini diharapkan dapat mengevakuasi sumber Energi Terbarukan dan menghubungkannya ke sistem ketenagalistrikan antar pulau di seluruh Indonesia untuk menciptakan sistem energi yang andal dan berkelanjutan.

Dirut PT PLN
  • Saat ini, emisi gas rumah kaca dari sektor ketenagalistrikan sekitar 290 juta MT/tahun. Kalau kita tidak melakukan intervensi, Business as Usual, maka tahun 2060, emisi akan bertambah menjadi 1 miliar ton/tahun.
  • Inisiatif Heroik PLN melalui RUPTL Paling Hijau dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca:
    • Dekarbonisasi pembangkit listrik berbahan bakar fosil
    • Meningkatkan kapasitas pembangkit EBT dan infrastruktur pendukung
  • Pembangunan pembangkit gas membutuhkan sekitar 2 tahun, sedangkan pembangunan pembangkit PLTP dan PLTA membutuhkan sekitar 6-8 tahun dengan kebutuhan investasi 4-5 kali lebih besar. Agar dapat beroperasi pada tahun 2031, pembangunan pembangkit gas masih dapat ditunda hingga tahun 2029 yang berarti back loaded, sedangkan PLTP dan PLTA harus dimulai dari sekarang persiapan pembangunannya, yang artinya frontloaded.
  • PLN telah merancang 5 skenario. Dari kelima skenario tersebut, accelerated renewable energy with coal phase down merupakan skenario ambisius dengan penambahan EBT 75% dan gas 25%, yang akan memastikan pengurangan emisi beyond NDC dengan tetap menjaga keandalan sistem.
  • Asumsi pertumbuhan demand di Sumatera dan Jawa diperkirakan 2,5 GW per tahun paling tidak sampai tahun 2040. Saat ini RUPTL hanya merencanakan pembangunan hingga 2030, sehingga dibutuhkan perencanaan beyond 2030 dari sekarang.
  • Where do we go from here? antara 2030-2040. Tantangannya adalah apabila kita mengambil keputusan untuk membangun pembangkit berbasis pada hidro yang membutuhkan waktu pembangunan sekitar 7-9 tahun, bahwa apabila kita ingin menambah kapasitas hidro di tahun 2030-2031, maka keputusannya harus diambil tahun ini.
  • Green Super Grid akan mengatasi mismatch supply demand, mengevakuasi EBT yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara ke pusat-pusat demand. Penambahan pembangkit energi baru dan terbarukan sampai tahun 2040 meningkat menjadi 3 kali lipat yang semula 22 GW (BAU) menjadi 61 GW (ACCEL).
  • PLN harus membangun Smart Grid untuk mengantisipasi penetrasi Solar dan Wind. Tanpa Smart Grid, masuknya Solar dan Wind secara masih akan membuat sistem menjadi rentan dan rawan. Karena fluktuasi yang dulunya hanya terjadi di sisi demand, saat ini terjadi pula di sisi supply.
  • Implementasi Smart Grid dibutuhkan agar kapasitas Wind & Solar (VRE) dapat ditingkatkan hingga 28 GW di tahun 2040. Tanpa implementasi Smart Grid dan Flexible Generation, kapasitas Wind dan Solar (VRE) hanya akan mencapai 5 GW karena mengakibatkan risiko terganggunya kestabilan dan keandalan sistem.
  • Level emisi Skenario ACCEL RE 334 juta ton CO2 pada tahun 2030, lebih rendah dari target NDC sistem kelistrikan PLN sebesar 370 juta ton. Pada tahun 2040, level emisi Skenario ACCEL RE akan lebih rendah 37% dari BAU Coal dan 21% dari BAU Gas.
  • PLN bersama Kementerian ESDM yang telah bersinergi dan menyepakati skenario Accelerated Renewable Energy yang akan diterjemahkan dalam RUKN dan operasionalisasi dalam RUPTL 2024-2033.
  • PLN bersama Kementerian ESDM juga telah menyepakati key terms mulai dari (1) asumsi makro demand, (2) strategi coal phase down, (3) pergeseran episentrum demand ke luar Jawa dan ke arah Indonesia Timur, hingga (4) emisi CO2 pada tahun 2030 berkisar di 334 juta ton memenuhi target NDC.
  • PLN bersama Kementerian ESDM telah menyusun RUPTL 2021-2030 yang menjadi RUPTL Paling Hijau sepanjang sejarah PLN dengan porsi EBT mencapai 52%. Namun hal itu belum cukup, PLN telah menyusun skenario Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang akan menambah kapasitas EBT hingga mencapai 75% EBT, 25% gas.
  • PLN dan Kementerian ESDM telah melakukan Rapat penyelarasan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).

Dirjen EBTKE Kementerian ESDM
  • Capaian bauran energi nasional tahun 2022 mencapai 12,3% atau masih terdapat gap dari target sebesar 15,7%. Adapun capaian bauran sampai dengan Semester I tahun 2023 sebesar 12,5% dari target 17,9%.
  • RUPTL 2021-2030 yang baru akan lebih strong dengan penambahan EBT 20,9 GW yang dikembangkan secara merata. Energi terbesar adalah PLT Air sebesar 10,4 GW.
  • Berdasarkan Pelaporan Online Manajemen Energi (POME), potensi penghematan energi listrik di sektor industri adalah sebesar 3%.
  • Jika tahun 2025 diproyeksikan konsumsi listrik sekitar 262 TWh (sesuai RUKN), maka melalui kegiatan manajemen energi di sektor industri diperkirakan dapat menghemat penggunaan listrik sebesar 7,9 TWh.
  • Capaian penghematan energi dari 3 peralatan SKEM tahun 2023 sampai dengan Triwulan III sebesar 1,53 TWh, serta dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp2,2 Triliun dan penurunan emisi sebesar 1,27 juta ton CO2.
  • Pertamina bersama ITB telah melakukan uji coba co-processing dengan bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) dan kerosine di unit Treated Distillate Hydrotreating (TDHT) RU IV Cilacap untuk menghasilkan Bioavtur 2,4% (J2,4).

Pemantauan Rapat

Berikut merupakan respon anggota terhadap pemaparan mitra:

Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan