Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Follow us:   
Kontak kami:    kontak@wikidpr.org
Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan

Kinerja Perusahaan — Komisi 6 DPR RI Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian BUMN RI, PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding, PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), Perum Perhutani dan Perum BULOG

Tanggal Rapat: 24 Jan 2018, Ditulis Tanggal: 2 Sep 2020,
Komisi/AKD: Komisi 6 , Mitra Kerja: Kementerian BUMN RI, PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding, PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), Perum Perhutani dan Perum BULOG

Pada 24 Januari 2018, Komisi 6 DPR RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN RI, Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding, PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), Perum Perhutani dan Perum BULOG tentang kinerja perusahaan. Rapat dipimpin dan dibuka oleh Azam Asman Natawijana dari fraksi Partai Demokrat dapil Jawa Timur 3 pukul 10:30 WIB. (ilustrasi: annualreport.id)

Pemaparan Mitra

Berikut merupakan pemaparan mitra:

Kementerian BUMN RI, PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding, PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), Perum Perhutani dan Perum BULOG

Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) III (Persero) Holding

  • Perkembangan kinerja keuangan (rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas), dan kinerja operasional perusahaan selama lima tahun terakhir
    • Laba sebelum pajak tahun 2017, dikontribusi dari komoditi Kelapa Sawit Rp3,1 Triliun dan Karet Rp64,9 Miliar. Sementara komoditi lain, seperti teh dan tebu masih merugi masing-masing Rp311 Miliar dan Rp511 Miliar.
    • Kerugian tahun 2016 (Rp1,39 Triliun) disebabkan adanya impalement senilai Rp1,23 Triliun dan adanya kinerja operasional yang tidak optimal (efek lanjutan El Nino 2015 dan akibat La Nina di tahun 2016) yang mengakibatkan menurunnya potensi dan produktivitas tebu.
    • Kerugian tahun 2015 (Rp1,1 Triliun) diantaranya karena adanya impalement sebesar Rp457 Miliar dan efek cuaca ekstrim (El Nino) pada kinerja operasional yang mengakibatkan pembentukan bunga buah tanaman kelapa sawit terganggu dan keterlambatan kematangan TBS.
    • Selain penambahan ekuitas, pada tahun 2015 juga terdapat penurunan ekuitas akibat adanya rugi tahun berjalan (Rp1,1 Triliun).
    • Kenaikan ekuitas di tahun 2015-2016 disebabkan:
      • Penetapan nilai definitif pengalihan 90% saham PTPN I, II, IV-XIV sebesar Rp17 Triliun pada tahun 2016.
      • PMN untuk PTPN Gula sebesar Rp3,5 Triliun pada tahun 2016.
      • Revaluasi aset sebesar Rp38 Triliun pada tahun 2015.
  • Rasio keuangan mengenai gross profit margin, net profit margin, return on asset, dan tingkat pengembalian investasi.
    • Gross Profit Margin perusahaan menunjukkan tren yang meningkat dalam lima tahun terakhir seiring dengan perbaikan kinerja perusahaan.
    • Net Profit Margin tahun 2015 dan 2018 mengalami penurunan karena pada tahun tersebut mengalami kerugian.
    • Return on Asset (ROA) perusahaan menunjukkan tren yang positif yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset untuk meningkatkan pendapatan.
    • Tingkat pengembalian investasi (Return on Investment – ROI) pada tahun 2015 mengalami penurunan terutama karena adanya revaluasi aset sebesar Rp 38 Triliun dan kembali mengalami tren kenaikan dalam 2 tahun terakhir.
    • Return on Equity (ROE) naik pada tahun 2017. Hal ini merupakan dampak dari perolehan laba setelah mengalami kerugian dalam 2 tahun terakhir.
    • Rasio Lancar (Current Ratio) masih rendah, untuk mengatasi hal tersebut perusahaan masih melakukan restrukturisasi utang vendor dan perbankan.
    • Tingkat rasio Debt to Asset mengalami penurunan seiring dengan peningkatan nilai aset perusahaan. Penurunan ini disebabkan oleh dampak revaluasi aset 2015.
    • Debt to Equity menjadi lebih baik sejak tahun 2015 akibat revaluasi aset tahun 2015, penambahan perhitungan nilai wajar pengalihan saham pemerintah sebesar Rp 17 Triliun serta dana PMN sebesar Rp 3,5 Triliun.
  • Produksi dan produktivitas komoditi minyak sawit.
    • Produksi minyak sawit PTPN Group meningkat sebesar 10,3% (CAGR) selama periode 2013-2017 yang disebabkan :
      • Meningkatnya luas TM produktif 2,87% (CAGR) yang merupakan tanaman promosi dan TBM menjadi TM.
      • Meningkatnya produktivitas TBS sebesar 0,7% (CAGR).
      • Rendemen Minyak Sawit meningkat sebesar 0,15% (CAGR).
  • Produksi dan produktivitas komoditi karet.
    • Produksi karet kering PTPN Group selama periode 2013-2017 mengalami pertumbuhan 6,13% (CAGR) sejalan dengan meningkatnya luas areal TM proaktif (2,24%) yang merupakan tanaman promosi dari TBM menjadi TM.Meskipun produksi mengalami kenaikan namu produktivitas mengalami penurunan sebesar 2,82 % (CAGR) terutama dipengaruhi oleh meningkatnya proporsi areal TM tidak produktif seluas 6.139 Ha atau 5,44% dan adanya serangan penyakit gugur daun yang disebabkan oleh jamur.
  • Produksi dan produktivitas komoditi tebu.
    • Produksi gula dari 2013-2017 menurun 8,18%, yang disebabkan :
      • Luas areal tebu menurun sebesar 7,57% (CAGR)
      • Produktivitas menurun sebesar 1,43% (CAGR)
  • Produksi dan produktivitas komoditi teh
    • Produksi teh dari tahun 2013-2017 menurun sebesar 2,81% (CAGR) yang disebabkan adanya penurunan luas areal TM sebesar 1,28% (CAGR) dan produktivitas menurun sebesar 2,42% (CAGR).
  • Mengenai Capital Expenditure (CAPEX) dan Operational Expenditure (OPEX)
    • CAPEX 2016 dan 2017 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya disebabkan oleh kinerja keuangan yang belum optimal di samping keterbatasan kemampuan untuk memperoleh dana investasi yang bersumber dari perbankan/pihak ketiga.
    • Selama dua tahun terakhir, PTPN secara intensif melaksanakan restrukturisasi utang perbankan dan vendor mengingat besarnya beban keuangan akibat pinjaman investasi di masa lalu.
    • Dengan adanya restrukturisasi utang perbankan, diharapkan mempermudah PTPN dalam memperoleh dana untuk kegiatan investasi dari pihak perbankan.
    • OPEX sejak tahun 2015 sampai dengan 2017 mengalami tren penurunan dari Rp36 Triliun pada tahun 2015 menjadi Rp33 Triliun pada 2017 yang disebabkan oleh:
      • Penurunan volume pembelian bahan baku dan komoditi kelapa sawit dan karet.
      • Berkurangnya areal tebu sendiri sehingga berkurangnya biaya penanaman tebu giling.
  • Posisi utang perusahaan
    • Utang bank jangka pendek diperuntukkan sebagai pendanaan operasional (modal kerja) yang bersifat revolving.
    • Utang bank jangka panjang diperuntukkan untuk membiayai investasi.
    • Selain utang tersebut, perusahaan memiliki kewajiban berupa :
      • Liabilitas imbalan kerja jangka panjang (PSAK 24) sekitar Rp12,4 Triliun)
      • Utang ke vendor/supporter senilai Rp5 Triliun.
      • Utang lain-lain terdiri dari Utang Pajak, Pendapatan diterima di muka, dan pajak tangguhan.
    • Beberapa yang tidak difasilitasi bankable difasilitasi oleh Holding untuk mendapatkan akses ke perbankan.
    • Dana yang telah disalurkan ke anak perusahaan :
      • Pinjaman Holding Rp 1,67 Triliun.
      • Penerusan pinjaman sebesar 2,85 Triliun.
      • Penerbitan Corporate Guarantee Letter of Undertaking dan Letter of Comfort senilai Rp 785 Miliar.
  • Skema pengembalian hutang yang bersumber dari perbaikan dan peningkatan kinerja perusahaan.
    • Pengembalian kewajiban bersumber dari perbaikan dan peningkatan kinerja PTPN anak, melalui :
      • Productivity Improvement melalui best practice di on-farm dan off-farm.
      • Cost Improvement Program.
      • Restrukturisasi organisasi dan SDM untuk mencapai format yang ideal dan optimal.
      • Restrukturisasi bisnis dan optimalisasi aset melalui pola KSO, KSU, sewa dan spin-off.
  • Menjalin kerjasama penjualan gula dengan Perum BULOG untuk stabilisasi harga gula domestik. Lalu sinergi antar BUMN dan penunjukkan langsung kepada anak perusahaan, baik dalam pengadaan maupun pekerjaan.
  • PTPN berencana untuk pengembangan usaha dan investasi perusahaan, termasuk anak perusahaan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi. Namun, program pengembangan PTPN Group serta market Eropa masih sangat kecil.

Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN RI

  • Mengenai data penyaluran bantuan sosial (bansos) beras sejahtera (rastra), masalah data memang menjadi kendala. Seharusnya ini menjadi basisnya Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI serta Kementerian Sosial RI.

Direktur Utama Perum BULOG

  • Kinerja operasional
    • Total pengadaan beras medium pada tahun 2017 sebesar 2.051.210 ton.
    • Selain untuk kebutuhan pelayanan publik, Perum BULOG juga melakukan pengadaan beras premium atau komersial sebesar 110.014 ton setara beras. Maka, total pengadaan pada 2017 mencapai 2.161.225 ton (PSO+Komersial)
    • Penyaluran rastra selama lima tahun terakhir mengalami penurunan yang disebabkan karena kebijakan pemerintah untuk mengalihkan program Rastra menjadi bantuan pangan non-tunai (BPNT). Selain itu, stok selama lima tahun terakhir juga mengalami penurunan pada 2017 sebesar 947.793 ton.
  • Kinerja keuangan
    • Pada 2017, jumlah aset sebesar Rp34.298 Miliar yang terdiri dari:
      • Aset lancar: Rp28.928 Miliar;
      • Nilai buku aset tetap: Rp3.105 Miliar;
      • Aset lain-lain: Rp2.265 Miliar.
    • Jumlah liabilitas sebesar Rp22.822 Miliar dan ekuitas mencapai Rp11.476 Miliar.
  • Rasio keuangan
    • Gross Profit Margin selama lima tahun terakhir terus mengalami kenaikan pada 2017 mencapai 15,51%
    • Pada 2017, rasio lancar mengalami kenaikan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu 131,89%.
    • Debt to Equity menunjukkan kinerja semakin membaik ditandai dengan rendahnya hal tersebut selama lima tahun terakhir. Ini menandakan bahwa perusahaan perlahan tidak mengandalkan utang sebagai sumber pembiayaan yang utama.
  • Posisi utang dan piutang perusahaan
    • Piutang terdiri dari :
      • Piutang rastra dan golongan anggaran pusat (selisih harga beras TNI)
      • Piutang PT. Berdikari atas perdagangan Sapi, CSHP untuk perdagangan gula serta piutang dari aktivitas Komersial lainnya.
  • Paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah
    • Paket Ekonomi Jilid ke-1 (September 2015) terkait pengendalian inflasi, pengendalian harga komoditi pokok seperti pangan dan BBM : melindungi ekonomi lemah dan menggerakkan ekonomi pedesaan, stabilisasi harga pangan dan penambahan Raskin.
      • Paket Kebijakan jilid 1 terkait dengan penugasan sebagaimana di atas sejalan penugasan Perum BULOG pada Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perusahaan Umum (Perum) Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional. Perum BULOG mengemban amanah untuk menjaga ketersediaan, ketahanan dan stabilisasi harga pangan pada tingkat konsumen dan produsen sehingga dapat mengendalikan inflasi.
  • Penugasan telah dilaksanakan Perum BULOG melalui :
    • Pembelian pangan dengan harga pembelian pemerintah (sesuai Inpres 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009) harga acuan pembelian untuk pangan lain (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga) maupun pada harga fleksibilitas sesuai keputusan.
    • Menyimpan cadangan beras pemerintah (belum ada cadangan pangan pemerintah untuk pangan pokok lain) pada jumlah sesuai dengan ketersediaan anggaran. Jumlah CBP per 23 Januari 2017 adalah 111.838 ton yang akan terus berkurang dengan penugasan melakukan Operasi Pasar CBP. Namun jumlah ini akan bertambah apabila anggaran CBP tahun 2018 dikucurkan untuk setara 250.000 ton beras.
  • Hingga 2017, telah menyalurkan beras kepada masyarakat berpendapatan rendah (rastra) dengan realisasi sebanyak 2,54 juta kepada 142 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Pada 2018, program rastra subsidi ditiadakan dan digantikan dengan bantuan sosial natura dalam bentuk beras untuk rakyat sejahtera (yang disebut dengan bansos Rastra), dengan keputusan penugasan pada tanggal 16 Januari 2018.
  • Realisasi bansos rastra hingga 23 Januari 2018 adalah 18.813 ton. Jumlah ini akan terus bertambah dengan alokasi bulan Januari 2018 sebanyak 142.000 ton.
  • Kendala pelaksanaan bansos rastra diantaranya adalah data by name by address yang masih belum ada dan tak dapat diakses oleh Pemerintah Daerah/ Dinas Sosial; masih diperlukannya verifikasi data; masih menunggu terbentuknya Tikar Rastra di daerah; diperlukannya pembahasan/rapat untuk perencanaan pelaksanaan bansos; dan kesiapan anggaran dan titik distribusi dalam APBD. Dari sisi operasional BULOG telah menyiapkan beras dengan kemasan 10 kg (bagging dari kemasan 15 kg pada program rastra subsidi tahun sebelumnya)
  • Untuk pangan selain beras, upaya pengendalian stabilitas harga dan inflasi juga dilakukan oleh Perum BULOG melalui Gerakan Stabilisasi Pangan untuk komoditi gula daging dan pangan lainnya.
  • Dalam rangka menggerakan ekonomi pedesaan, Perum BULOG dan BUMN lainnya telah membentuk Mitra BUMDes yang melakukan kegiatan pembelian produk petani dalam negeri, penyimpanan pangan distribusi dan perdagangan pangan lainnya serta kegiatan perekonomian lainnya. Sementara, di tingkat retail dikembangkan jaringan distribusi Rumah Pangan Kita (RPK), telah terbentuk sekitar 36 ribu. RPK merupakan jaringan distribusi pangan milik masyarakat dengan komitmen untuk menjaga stabilitas harga pangan terutama pangan yang dikelola Perum BULOG.
  • Mengenai kebijakan ekonomi terkait stabilitas harga daging.
    • Paket Ekonomi Jilid ke-9 (Januari 2016), Perum BULOG telah melaksanakan stabilisasi pasokan dan harga daging di tingkat konsumen dengan menghadirkan produk daging sapi dan kerbau di pasaran umum. Harga jual eceran tertinggi yang disepakati sebesar Rp80.000/kg dan penyediaan daging pada harga tersebut, salah satunya dilaksanakan Perum BULOG melalui penugasan importasi daging kerbau dari India.
    • Pelaksanaan importasi daging kerbau dari India telah dilakukan sebelum Lebaran 2016 dengan disupervisi oleh berbagai kementerian/lembaga untuk menjaga kesehatan, kehalalan dan administrasi yang Good Corporate Governance (GCG). Jumlah importasi daging kerbau selama 2017 sebesar 58.163 ton dan pada 2018 telah diputuskan untuk kembali mengimpor untuk penyediaan pasokan dan stabilisasi harga daging sebanyak 100.000 ton.
  • Sinergi dengan BUMN dan anak perusahaan dilaksanakan dalam rangka mendukung proses bisnis Perum BULOG sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan menghasilkan kualitas produk dan jasa yang unggul antara lain:
    • Kegiatan movement komoditi pangan kelolaan Perum BULOG dengan PT. JPL (Anak Perusahaan Perum BULOG di bidang transportasi dan logistik) dan PT BGR.
    • Pengelolaan komoditi daging sapi dan kerbau juga dilaksanakan melalui sinergi dengan PT. Berdikari.
    • Pelaksanaan kajian kelayakan bisnis dan jasa financial advisor untuk pengembangan usaha perum BULOG melalui sinergi dengan PT Bahana Sekuritas PT Danareksa dan Surveyor Indonesia.
    • Penyediaan survei pemeriksaan kualitas melalui kerjasama dengan PT Sucofindo.
  • Rencana pengembangan usaha pada 2018
    • Pengembanan PT Mitra BUMDes yang merupakan anak perusahaan PT Mitra BUMDes Nusantara yang bergerak di bidang pengembangan ekonomi pedesaan yang telah terealisasi sebanyak 27 PT Mitra BUMDes di tingkat kabupaten dan desa. maka pada 2018 direncanakan akan dikembangkan lagi sebanyak 100 PT Mitra BUMDes baru baik di tingkat kabupaten maupun desa berdasarkan potensi yang dimiliki.
    • Pembentukan unit bisnis ritel yang bergerak di bidang usaha perdagangan dengan segmentasi pasar pengembangan jaringan dan pelayanan kebutuhan pasokan komoditi pangan Rumah Pangan Kita (RPK). Unit ini menjadi salah satu upaya untuk memperluas dan penetrasi pasar sehingga komoditas pangan kelolaan Perum BULOG menjadi lebih mudah terjangkau oleh masyarakat umum serta mengembangkan potensi dan skala ekonomi masyarakat.
    • Pembentukan Unit Bisnis Industri yang bergerak di bidang usaha pengolahan komoditas pangan serta packaging produk Perum BULOG. Unit ini dibentuk seiring dengan rencana pengembangan infrastruktur pasca panen (Modem Rice Milling) yang berperan dalam rantai pasok pemenuhan kebutuhan komoditi pangan utamanya beras yang diperdagangkan oleh Perum BULOG. Maka, dapat memberikan jaminan kepastian kualitas, kuantitas, keterjangkauan harga dan waktu pemenuhan komoditi perdagangan.
  • Dalam rangka pemenuhan kebutuhan karung kemasan komoditi pangan kebiasaan Perum BULOG merencanakan untuk bergabung dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dalam investasi pengembangan usaha produksi karung kemasan sehingga dapat menekan biaya pengaduan karung kemasan.
  • Lalu, untuk meningkatkan efisiensi, kualitas jasa dan pendapatan PT Jasa Prima Logistik (Anak Perusahaan Perum BULOG), maka pada 2018 direncanakan untuk membentuk anak perusahaan yang bergerak di bidang usaha bongkar muat barang (PBM), logistik dan pergudangan.

Direktur Utama PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)

  • Mengenai kinerja finansial selama lima tahun terakhir
    • Pertumbuhan laba tahun berjalan selama lima tahun terakhir, rata-rata meningkat 50%. Perusahaan mengalami puncak laba tertinggi pada 2017 sebesar Rp257 Miliar karena ditopang oleh kinerja industri farmasi askes dan perdagangan. Pada 2014, perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rp331 Miliar terutama turunnya harga gula.
    • Rata-rata total aset selama lima tahun terakhir sebesar Rp9,09 Triliun dengan rata-rata pertumbuhan 28%. Jumlah utang perusahaan rata-rata selama lima tahun terakhir sebesar Rp 5,85 Triliun utamanya berasal dari utang bank Rp2,2 Triliun dan MTN Rp865 Miliar serta utang RDI sebesar Rp1,2 Triliun. PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) memperoleh tambahan penyertaan modal dari Pemerintah yang bersifat non-kas sebesar Rp675 Miliar pada 2016 yang berasal dari konversi utang pokok RDI dan Rp24,5 Miliar di 2017 berupa mesin dari Kementerian Perindustrian RI.
  • Rasio keuangan (profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas)
    • Profitabilitas PT RNI menunjukkan tren naik
      • Gross profit margin yang menunjukkan tren naik mencerminkan kemampuan manajemen PT RNI untuk meminimalisasi harga pokok penjualan terhadap penjualan.
      • Net Profit Margin naik menunjukkan kemampuan PT RNI mendapatkan keuntungan.
      • ROI tahun 2017 turun dikarenakan kenaikan nilai aset.
    • Rasio Likuiditas
      • Rasio Lancar mengalami penurunan di tahun 2016 dan meningkat di tahun 2017 namun secara tren masih di atas 1 kali.
      • Quick Ratio PT RNI mengalami peningkatan di tahun 2017 yang berarti adanya peningkatan kemampuan membayar kewajiban jangka pendek dan dana cepat.
    • Solvabilitas
      • Debt to Asset cenderung mengalami penurunan yang berarti tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik.
      • Debt to Equity cenderung mengalami penurunan sebagian besar karena adanya peningkatan nilai ekuitas dari tambahan penyertaan.
      • Long Term Debt to Total Asset mengalami penurunan yang berarti tingkat kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka panjang semakin baik.
      • Long Term Debt to Fixed Asset mengalami penurunan yang berarti penjaminan kewajiban terhadap aset tetap masih terpenuhi.
  • Kinerja operasional yakni hasil produksi gula, CPO, teh, obat-obatan, kondom, dan kantong plastik.
    • Hasil produksi gula dalam lima tahun terakhir 1,5 juta ton atau rata-rata 305 ribu ton per tahun. Hasil produksi gula tersebut variatif naik turun utamanya dipengaruhi faktor iklim. Rata-rata rendemen lima tahun sebesar 7,33 dengan tertinggi pada 2015 sebesar 8,49 dan terendah 2016 mencapai 6,27.
    • Hasil produksi CPO dalam lima tahun terakhir sebanyak 196 ribu ton atau rata-rata 39 ribu ton per tahun. Saat ini (2018), sebagian lahan sawit milik PT RNI sedang dilakukan pembenahan perkebunan kelapa sawit sehingga sebagian besar TBS dijual langsung.
    • Hasil produksi teh dalam lima tahun terakhir sebanyak 20 ribu ton atau rata-rata 4.002 ton per tahun. Pencapaian produktivitas teh di RNI ada yang tertinggi diantara perkebunan BUMN lain.
    • Hasil produksi obat-obatan dalam lima tahun terakhir sebanyak 5,4 juta pcs atau rata-rata 1,08 juta pcs per tahun. Jika dibandingkan dengan anggaran selama 5 tahun, rata-rata pertumbuhan lima tahun mencapai 9,5%. Meningkatnya pertumbuhan produksi obat-obatan oleh PT Pharos dikarenakan kuatnya permintaan khususnya di sektor pengadaan Pemerintah.
    • Hasil produksi Kondom dalam lima tahun terakhir sebanyak 330 ribu gross atau rata-rata 66 ribu gross per tahun. Produksi kondom di PT Mitra Rajawali Banjaran 80% untuk supply kebutuhan BKKBN.
    • Hasil produksi karung plastik dalam 5 tahun terakhir sebanyak 234 juta lbr atau rata-rata 46,84 per tahun. Produksi karung plastik sebagian besar untuk PT Pupuk Indonesia. BULOG dan PG internal RNI. RNI telah meningkatkan kapasitas produksi karung plastik dari 54 juta lbr per tahun menjadi 84 juta lbr per tahun.
  • Posisi utang dan piutang perusahaan
    • Posisi utang
      • Utang jangka pendek PT RNI sebesar Rp1,9 Triliun ada di bank BNI dan Rp725 Miliar di BRI yang diperuntukkan untuk operasional modal kerja anak perusahaan PT. RNI.
    • Piutang Perusahaan
      • Piutang Usaha yang belum terbayar sebesar Rp691 Miliar, utamanya ada di obat dan alat kesehatan di Instansi Pemerintah.
      • Piutang lain-lain lancar sebesar Rp350 Miliar, utamanya berasal dari piutang petani sebesar Rp123 Miliar.
      • Piutang lain-lain tidak lancar sebesar Rp240 Miliar, utamanya berasal dari piutang PT Abadi Guna Papan mencapai Rp97 Miliar terkait kewajiban utang RDI dan Plasma Sawit sebesar Rp71 Miliar.
  • Perkembangan pelaksanaan paket kebijakan ekonomi dan sinergi antar BUMN serta penunjukkan langsung anak perusahaan
    • PT RNI dengan Perum BULOG melakukan kerjasama penjualan Gula Bulk (50 kg)
    • Anak perusahaan PT RNI, PT Rajawali Citramass menyediakan karung plastik untuk PT Pupuk Holding Indonesia, dan Perum BULOG
    • Anak perusahaan PT RNI, PT Mitra Kerinci bekerja sama dengan PT Angkasa Pura Retail dalam pemasaran teh kemasan.
    • Anak perusahaan PT RNI, PT Rajawali Nusindo bekerja sama dengan PT Pelindo, PT PELNI dan PT Semen Indonesia dalam program tol laut.
  • Program Pengembangan Usaha Sinergi dengan beberapa BUMN
    • Sinergi PT RNI dengan PT Timah dalam Pengembangan Rumah Sakit.
    • Sinergi PT RNI dengan PT Waskita Reality dalam Pengembangan Office Park.
    • Sinergi PT RNI dengan PT Berdikari dalam Pengembangan Peternakan
    • Sinergi PT RNI dengan PT Brantas Abipraya dalam pengembangan PLTA di Kabupaten Solok Selatan.
  • Menjelaskan rencana pengembangan usaha dan investasi 2018 serta faktor penghambat dan strategi perusahaan.

Direktur Utama Perum Perhutani

  • Kinerja operasional konsolidasi
    • Total penanaman dari empat tahun terakhir cenderung menurun karena keterbatasan likuiditas. Namun dengan membaiknya kondisi keuangan di 2017, rencana tanam di 2018 meningkat lebih dari 200%.
    • Hasil produksi jati lima tahun terakhir 1,8 jt m3 dengan rata-rata per tahun 367 ribu m3. Penurunan produksi dari empat tahun terakhir disebabkan oleh perubahan permintaan pasar ke kayu jati rakyat dan kayu jati luar Jawa yang lebih murah.
    • Laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) produk agroforestri dalam periode lima tahun hampir 50% khususnya padi, jagung dan tebu.
    • Penurunan produksi kayu olahan dari tahun 2015 disebabkan oleh perubahan kebutuhan pasar, kenaikan harga bahan baku dan penetapan produksi massal. Mulai tahun 2017 metode produksi diubah menjadi by order dan menambah investasi mesin.
  • Kinerja keuangan konsolidasi dan OPEX dan CAPEX
    • Kinerja keuangan konsolidasi
      • Penurunan laba bersih mulai terjadi pada tahun 2015 dan mengalami kerugian Rp357 Miliar pada 2016. Penerapan Cost Reduction Program dimulai akhir 2016 dan dilanjutkan dengan reorganisasi perusahaan pada 2017 menghasilkan laba bersih Rp434 Miliar.
      • Efisiensi pengelolaan aset dan ekuitas tercermin dalam ROA dan ROE yang kembali positif di 2017.
      • Rasio cepat mengalami penurunan pada 2015 yang disebabkan oleh tingginya persediaan. Setelah dilakukan pengelolaan persediaan yang ketat kembali stabil di atas dua kali pada tahun-tahun berikutnya.
      • Semakin membaiknya kinerja keuangan pada 2017, kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya semakin membaik ditunjukkan oleh rasio solvabilitas yang menurun.
    • Kinerja Keuangan OPEX dan CAPEX
      • Business Process Reengineering dengan fokus perbaikan cost, speed, and quality melalui sinergi hulu-hilir mendorong penurunan harga pokok produksi untuk empat produk utama minimal 1% di 2017.
      • Dengan HPP yang semakin kompetitif maka perusahaan telah berencana untuk meningkatkan produksi di 2018.
      • Total CAPEX mencapai Rp1.9 Triliun dengan rata-rata per tahun Rp 380M
      • Semakin membaiknya kondisi keuangan perusahaan dan sistem pengendalian biaya, untuk mendorong pertumbuhan bisnis, telah dianggarkan CAPEX 2018 mendekati nilai 2015.
  • Kinerja keuangan piutang dan utang jangka pendek dan panjang, sinergi antar BUMN dan alokasi CAPEX sebesar Rp849,7 Miliar serta pengembangan dan revitalisasi wisata.

Pemantauan Rapat

Berikut merupakan respon anggota terhadap pemaparan mitra:

Rangkuman Terkait

Komisi / Alat Kelengkapan Dewan