- Inflasi menurun, daya beli masyarakat meningkat, Pada 2014-2017, inflasi pangan menurun 88,1% dari 10,57% menjadi 1,26%.

- Ekspor pertanian naik, petani sejahtera. Pada 2016-2018, nilai ekspor pertanian meningkat 29,7% dan 2015-2018, total nilai ekspor Rp 1.764 Triliun.

- Deregulasi mendongkrak tajam investasi pertanian. Pada 2013-2018, nilai investasi pertanian meningkat 110,2% dan total investasi Rp 270,1 Triliun.

- Nilai produk pertanian naik mendongkrak kesejahteraan petani, pada 2013-2018 PDB meningkat 47,2% dan akumulasi kenaikan Rp 1.375,2 Triliun (separuh APBN)

- Revolusi mental berhasil secara birokrasi dan administrasi serta tertib. 2006-2007,
laporan keuangan DISCLAIMER, baru 2016/2017 memperoleh opini WTP, pertama dalam sejarah.

- Pendaftar politeknik pembangunan pertanian 2013-2018: pendidikan vokasi mendongkrak daya saing SDM pertanian. Pada 2013-2018 mendaftar Polbangtan meningkat 1,238% dari 980 orang menjadi 13.111 orang; mencetak generasi milenial berorientasi ekspor.

- Untuk jagung, 2014 impor sebesar 3,5 juta ton/tahun dan melakukan terobosan yaitu memberikan HPP pada jagung sehingga tidak ada impor. Kementan mengimpor 170 tapi ekspor 380 berarti 210 surplus tetapi yang ditulis impor 30 ribu ton.

- Impor bawang merah 2014 sebesar 72 ribu ton, 2015 sebesar 15 ribu ton dan 2016 serta 2017 tidak impor.

- Mekanisme kunci pertanian modern, 2018 traktor automatis, bantuan alsintan 100 ribu unit per tahun. Pemerintah tidak akan membiarkan petani mengalami kerugian. Kementan melakukan verifikasi dan bila datanya sudah vald, maka masalah dapat terselesaikan.

- Beras sekarang penuh di Bulog dan ada 2,1 juta dan akan panen 2 juta dan akan menjadi 4 juta sementara kemampuan Bulog hanya 2,6 juta.